63 - AKSI BARU.

1.8K 396 603
                                    

Kini terjebak di antara benar-benar ingin bicara namun tak ingin menghancurkan.

***

"PERHATIAN-PERHATIAAAAN!" teriak Gavin berdiri di depan kelas dengan kursi sebagai tumpuan. Seisi kelas yang tengah ingin beranjak ke kantin lantas terdiam, ingin menyimak sekiranya apalagi yang akan Gavin lakukan.

"Darrel mau nembak Meysa, anak 10 IPA 5, gue mau lo semua ikut jadi rombongan ya di belakang. Ala-ala besanan kita. Tuh, di belakang udah ada seserahannya." Tunjuk Gavin ke arah belakang kelas, mereka smeua menoleh, terkejut melihat semua itu.

Disana, terdapat bucket cokelat, bunga, beraneka snack warna-warni, box merah muda berisikan setelan gaun, boneka beruang sedang, dan.. tumpeng. Mereka semua di buat melongo, merasa tak percaya karena ini adalah acara tembak-menembak yang paling terniat sepanjang sejarah di sekolah mereka.

"ANJRIT LO MAU NEMBAK APA MAU NGELAMAR CEWEK WOI!?" teriak Arvel tertawa terbahak-bahak melihatnya.

"Nembak cewek itu harus niat, peng! Jangan cuman nembak lewat chat doang, pake stiker lope-lope, alah mental tempe!" ujar Darrel mantap, cowok itu tersenyum melihat semua barang-barang yang sudah di persiapkan.

"Yang cewek-cewek tolong bawain ya, yang cowok tolong bawain tumpengnya. Sebagai gantinya, gue traktir lo semua nanti, bebas!" ujar Darrel lalu di amgguki oleh semuanya, soal traktiran, mereka langsung gerak cepat, tak mau tertinggal.

Darrel merangkul Gibran, tersenyum penuh arti kepadanya. "Lo yang mimpin ya, bro. Orang-orang di koridor semua pasti langsung minggir waktu ngeliat lo."

Gibran memutar bola matanya malas. "Dapet tumpengnya nggak gue?"

"Dapet lah, Bos! Lo dapet paling banyak ntar. Asalkan Meysa terima gue."

"Mana ada yang mau nolak lo si! Sini gue buka matanya lebar-lebar!" ujar Gibran. Lagipula, siapa yang bisa menolak pesona Darrel? Bukan hanya anak orang kaya, tapi Darrel juga punya kharisma karena selain tubuhnya yang besar tinggi, ia juga paling di segani, karena wajah sangarnya. Dan kali ini, baru ada yang bisa meluluhkan hati Darrel hingga cowok itu sampai ingin memilikinya.

"Kalau udah punya gandengan jangan lupa ama temen. Mentang-mentang punya pacar, nanti yang di prioritasin pacarnya mulu. Biasanya gitu, kacang lupa kulitnya." celetuk Mario. Entah mengapa ada rasa sedih di dalam hatinya karena Darrel akan menggaet perempuan, bukan apa-apa ia hanya takut temannya itu berubah. Karena jika salah satu dari mereka memiliki pacar, tentu akan ada prioritas lain di hidupnya.

"Pukul gue sampe bonyok kalau gue sampe kacang lupa kulitnya. Jangan tinggalin gue, tapi sadarin gue, breh." ujar Darrel. Ia sebenarnya juga takut. Jujur, ini adalah kali pertama Darrel menembak perempuan.

"AYOK LAH BERANGKAT!" ujar Gavin ketika semua sudah siap. Darrel menoleh, semua sudah memegang barang masing-masing, bahkan sudah membentuk barisan yang rapi. Cowok itu tersenyum, menatap kagum kearah Gavin.

"Gila, nggak nyesel gue traktir lo tiap hari, Vin!" puji Darrel.

"Jelas lah! Besok lo traktir dua kali lipat!"

"Ye, si tai ada aja maunya." ujar Darrel kesal.

"Nyai nggak ikut?" tanya Gavin.

"Airel nyusul, tadi udah gue kabarin." balas Gibran cepat.

"Yah, kaga seru!"

"Gue ikut." ujar seorang perempuan muncul di ambang pintu. Ia sedikit mengatur napasnya setelah berlari dari ruang guru, sehabis mengumpulkan tugasnya yang belum di kerjakan.

DEAR US (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang