- 14 - KEBERANIAN AIREL.

7.7K 852 48
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kita memang 'bajingan' di cerita orang lain. Tapi kenyataanya, kamu panah penunjuk di dalam hidupmu, dan kamu seorang raja di dalam duniamu."

***

"JANGAN meper, anying." Gavin mendorong cukup keras wajah Darrel ketika cowok itu mengusapkan tangannya setelah makan tiga gorengan ke celana putih abu-abu milik Gavin.

"Wes, selow bang. Ini minyak minyak bernutrisi, jadi jangan takut." balas Darrel dengan wajah tenang.

"Minyak nutrisi palelu. Jijik gue jijiiiiiik! Mesti di gosok make kembang tujuh rupa nanti malem!"

"Alay. Lo kan emang lap berjalannya Asgard." celetuk Mario di balas pelototan Gavin.

"Udah buluk, bau, jadi lap, oon, idup lagi. Vin, hidup lo emang kayak nggak ada gunanya, njir."

Gavin meninju lengan Mario pelan. "Hah? Ngomongin diri sendiri lo?"

"Dih, buka mata lo! Gue lebih nyihui daripada lo!"

"Nyihui ndasmu! Bahkan di tumpukan sampah muka lo itu nggak ada bedanya!"

"Muka sama-sama buluk berantem." sela Sean yang memotong perdebatan mereka. Wajah cowok itu datar, menatap tak suka kearah Gavin dan Mario yang tak pernah absen untuk bertengkar setiap harinya.

Berkumpul di rooftop adalah salah satu aktivitas mereka ketika istirahat. Dimana mereka bisa bersenda gurau tanpa gangguan, menerima angin sepoi-sepoi, dan melakukan hal lain yang menyenangkan. Ini mengapa aktivitas ini menjadi salah satu hal favorit mereka.

Kelima orang itu terkejut ketika seseorang melemparkan buku kearah mereka. Sontak mereka menatap kearah pelaku yang sudah melakukan hal ini.

Disana berdiri Airel dengan tangan memangku di dada. Cewek itu berjalan ke arah kelima cowok itu dan duduk di samping Gibran. Wajahnya tetap sama, di tekuk.

"Bantuin gue kerjain matematika." titahnya dengan tenang. Semua melongo, menatap buku paket dan buku tulis yang tergeletak di bawah.

"Kesambet apa lo mau ngerjain matematika?" tanya Gibran, bingung.

"Nggak usah banyak tanya bisa nggak? Bantuin aja!"

"Pasti remedial, nih." celetuk Gavin membuat Airel menoleh kepadanya.

"Mau remedial atau bukan, sekarang bantuin gue!"

Semua menatap maklum kearah Airel yang memang kerjaannya 'ngegas' setiap hari. Tidak ada hari tanpa dirinya marah-marah, atau mengeluarkan kata kasar.

"Ululu sini sini tayangnya Gibran. Gue bantuin kerjain, ya." Gibran merentangkan tangannya ingin memeluk Airel, namun dengan cepat Mario memukul pelan kepala cowok itu.

DEAR US (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang