-2- RAJA BALAP MOTOR.

18.4K 1.5K 99
                                    

"Terkadang, perkataan hina dari orang lain lebih membunuh dari pada sekadar pisau tajam. Jaga lisanmu, kamu tidak tahu akan membunuh siapa nanti."

~~

"SATU, DUA, TIGA!!!" Seorang perempuan menyibak bendera yang ada di genggamannya ke atas. Sedetik kemudian, deruman keras dari pengendara motor besar berlomba-lomba memenuhi area yang ramai oleh orang-orang itu.

Teriakan saling beradu, bermaksud untuk menyemangati jagoan mereka yang tengah memacu motor tersebut.

"GIBRAN!!!"

"GIBRANN BEBEP GUE!!"

"GIBRAN, WOI!! SEMANGAT!"

Cowok di dalam helm merah itu makin memacu motornya dengan cepat hingga membalap banyak motor di depannya. Gibran, ia memang paling mencolok, jadi jagoan orang banyak karena di lihat dari seberapa seringnya cowok itu memenangkan pertandingan.

Gibran sangat menyukai balap motor. Bahkan, hobinya ini sudah sangat mendarah daging. Semua orang tidak bisa melarangnya. Malvin sekalipun sudah beberapa kali memperingati, namun cowok itu bersih keras dan kembali melakukan.

Motor putih kesayangan Gibran ikut bekerjasama. Motor itu dengan cepat melesat tak terelakkan membuat semua orang yang melihat Gibran tidak bisa lagi meragukan keahlian cowok itu.

Gibran tersenyum kecil ketika motornya akan mencapai garis finish. Semua bersorak sorai ketika malam ini pertandingan kembali di menangkan oleh seorang Gibran. Beberapa motor yang baru sampai di garis finish berdecih, merasa bosan melihat cowok bernetra mata coklat itu selalu sampai terlebih dahulu.

Gibran menatap cowok yang ada di atas motor hijau. Di hampirinya laki-laki itu dan tersenyum miring. "See? Gue lagi yang menang."

Cowok di depan Gibran melepas helmnya, lalu berdecak pelan sembari memutar bola matanya. "Kemenangan lo cuman keberuntungan."

Alvaro, cowok yang satu tahun lebih tua dari Gibran. Lawan dari Gibran dalam hal balap motor. Tak jarang jika mereka berdua terlibat perkelahian hanya gara-gara Alvaro menyangka Gibran menang karena curang.

"Bahkan gue udah nggak bisa ngitung berapa kali gue menang. Jadi itu yang namanya keberuntungan?" Gibran tertawa pelan lalu meninggalkan Alvaro yang hanya diam mengepalkan tangannya kesal.

"Selamat, Bro!" Darell menepuk pundak Gibran kencang ketika cowok itu tengah meminum sebotol air mineral.

"Keselek bego!" Gibran terbatuk pelan, lalu kembali menutup botolnya dan menaruhnya di atas meja.

"Nggak bosen menang mulu? Capek gue liat cewek demennya ke lo. Bagi gue ngapa, dua dah nggak usah banyak banyak." cerocos Gavin menatap Gibran yang kini duduk dengan deru napas yang tidak teratur. Keringat cowok itu turun, menandakan bahwa ia memang lelah setelah memacu motor yang begitu kencang.

"Nggak usah mikirin cewek dulu, ogeb. Bikin ramuan sono biar numbuhin rambut lo." anjur Mario yang dibalas tatapan tajam oleh Gavin.

"Papi Sean! Lo nggak mau ngucapin selamat gitu buat gue?!" beo Gibran membuat Sean yang tengah memainkan game di ponselnya mendongak.

Papi Sean atau Papi Ayan, nama yang di berikan oleh Gavin karena tingkah cowok itu yang terlalu dewasa, berpikir panjang, dan selalu cekatan dalam bertindak. Sean juga tempat Gavin meminta uang jajan, dan cowok itu tak pernah pelit untuk memberikan uang sakunya. Berapa pun Gavin minta, Sean akan memberinya.

DEAR US (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang