33 - Tak Ada Harganya.

2.1K 401 61
                                    

Jika kamu memiliki 10 kebaikan, dan kamu melakukan 1 kesalahan, maka 10 kebaikan itu akan terlupakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jika kamu memiliki 10 kebaikan, dan kamu melakukan 1 kesalahan, maka 10 kebaikan itu akan terlupakan. Tak terima? Memang itu kenyataannya.

***

"GIBRAN kecelakaan balap motor." Airel yang mendengar itu terkejut. Ia yang awalnya berbaring di ranjang kini berdiri dan berjalan kearah lemari, mengambil jaket kulit dan jeans belelnya.

"Dia balap motor hari ini? Sekarang dimana? Terus gimana keadaannya?"

"Gibran kalah karena ke serempet motor lain, kepalanya berdarah karena kebentur batu. Sekarang dia ada di kontrakan, sama kita semua."

"Gue kesana." titah Airel cepat, namun dengan cepat Darrel berteriak dari sebrang ponsel.

"Jangan! Gibran udah aman sama kita, lo bisa tunggu di rumah aja."

"Gue nggak bisa. Gue harus dateng, titik."

"Rel, gue nggak mau lo berantem lagi sama Gibran. Kalau lo dateng, pasti dia bakal ngomong yang macem-macem ke lo."

"Gue dateng sekarang, gue nggak peduli. Intinya gue mau mastiin kalau Gibran baik-baik aja."

"Ta-tapi--" Sambungan terputus. Airel langsung memakai jaket dan mengganti celana pendeknya. Sebelum pergi, Airel mengecek keadaan ibunya, memastikan bahwa tak ada kejadian yang buruk akan terjadi.

***

"Airel. Sebentar, sebentar." Darrel yang memantau kedatangan Airel pun langsung menghampiri cewek itu ketika baru saja turun dari taksi.

"Kenapa?"

"Udah gue bilang, lo nggak perlu kesini, Rel." Wajah Darrel terlihat khawatir, ia hanya takut jika kejadian yang tak diinginkan terjadi.

"Minggir." Airel mendorong Darrel, lalu segera masuk kedalam. Ia langsung di hadapkan oleh Gibran yang tengah merintih dengan Sean yang duduk di sampingnya, memegang handuk basah.

"Gib? Lo nggak papa?" Dengan napas yang masih sedikit memburu, Airel dengan cepat mengambil alih duduk di samping Gibran dan meraih handuk basah itu dari Sean.

"Kening lo banyak darah, lo beneran nggak papa? Ayo kita ke dokter sekarang atau luka lo--"

"Ngapain lo disini?" sinis Gibran yang terkejut melihat kehadiran Airel.

"Ngapain gue disini? Gue disini buat cek keadaan lo! Ngapain lo harus balap motor lagi, sih!? Lo udah lama berhenti, sekarang kenapa lo ngelakuin itu lagi, Gib!" Terlihat wajah marah Airel, seperti biasa. Cewek itu memang tak menyukai Gibran terlibat dalam balap motor.

"Apa urusannya sama lo? Jangan belaga seakan-akan lo penentu di hidup gue." tekan Gibran membuat Airel terdiam.

"Gue emang udah ngga berarti lagi di hidup lo, Gib, tapi gue tetep nggak akan biarin lo masuk kedalam dunia itu lagi." Yang lain hanya menatap mereka berdua berbicara, tanpa ingin memotong lebih dulu. Mereka hanya melihat, bahkan tanpa tau sebenarnya ada apa di antara mereka.

DEAR US (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang