-13- I'M GIBRAN.

8K 877 44
                                    

"Kata mereka, pertemanan lawan jenis bukanlah hal yang baik. Tapi, mereka tidak tahu rasanya di lindungi, di utamakan, dan di perlakukan layaknya ratu. Dan ini, tidak bisa di rasakan oleh mereka."

***

"Kalian nggak pernah berhenti cari ulah, ya?" Kini di dalam ruangan kepala sekolah anak inti Asgard dan inti Venom bejejer menghadap Pak Sudarno -Kepala Sekolah-. Bukan lagi guru bimbingan komseling, karena mereka sudah lelah menghadapi perkelahian yang selalu di lakukan oleh anak Asgard di dalamnya.

"Bapak denger masih ada organisasi di luar sekolah? Yang dulu sudah bapak ancam di bubarkan belum di bubarkan juga?" tanya Pak Sudarno tegas, matanya menatap semua murid yang berdiri di depannya dengan tajam.

"Masih, Pak." jawab Gibran ikut tegas. Tak ada kebohongan. Mau bagaimana pun sebagai ketua ia harus berlaku jujur, namun tetap harus bisa menyelamatkan anggotanya.

"Komunitas kami sudah tidak ada, Pak. Sudah kami bubarkan." dusta Gilang yang dalam hatinya penuh ketakutan. Jelas ia tidak mau berakhir terkena masalah bahkan sampai di keluarkan dari sekolah.

"Bohong dia, Pak. Jelas saya lihat kemarin--"

"Bukan saatnya kamu yang bicara, Gibran." tegur Pak Sudarno membuat Gibran terdiam, menggerutu dalam hati.

"Intinya kami sudah tidak terlibat dengan organisasi di luar sekolah yang menyimpang, Pak. Bapak bisa lihat sendiri Gibran, dia masih menghimpun banyak anak-anak untuk masuk ke dalam komunitas tawurannya."

Gibran dan anak Asgard yang lagi lantas menatap Gilang dengan tatapan tajam. Cowok itu bahkan masih sempat mengadu domba di saat seperti ini.

"Jangan sembarangan kalau ngomong! Bukannya lo yang kemarin habis tawuran sama sekolah tetangga!?" teriak Airel tak mau Asgard kembali jadi sasaran empuk untuk di salahkan.

"Bener, Pak. Mereka itu pinter provokasi, jangan di percaya. Tukang bohong, kerjaannya kalau di kantin aja borong gorengan sepuluh bilangnya dua." ujar Gavin yang juga tak kalah kesalnya.

"Jangan banyak alesan, banyak saksinya yang ngeliat komunitas lo itu suka ngerusuh!" balas Gangga, bagian inti Venom.

"Kalau gitu buktiin, kalau ngomong doang kami juga bisa." sela Sean membuat anak Venom lantas terdiam. Karena memang mereka tak mempunyai buktinya.

"Sudah, berhenti! Disini saya mau minta kejelasan bukan saling menyalahkan! Bubarkan komunitas itu secepatnya. Dan untuk kejadian hari ini saya mau kalian di skors dua hari, masih dengan tambahan tugas full."

***

Gibran menatap malas ke arah buku tugas yang ada di depannya. Pulang sekolah inti Asgard langsung bergegas ke Basegard tanpa pulang lebih dulu. Tujuannya ingin menyelesaikan semua tugas yang di bebankan begitu banyak. Bahkan, waktu dua hari skors saja tidak cukup untuk menyelesaikannya.

"Nih, Bibi bikinin bakwan jagung." Bi Butet datang dari dalam warungnya lalu meletakkan piring berisi bakwan jagung di atas lantai, tempat mereka duduk melingkar.

"Ah si bibi mah emang terbaik, tau banget apa yang kita butuhin!" balas Gavin lantas meraih satu bakwan jagung ke dalam mulutnya.

"Vin, bagi-bagi jangan nggak tau diri!" tegur Mario.

"Tumben pada belajar? Biasanya kesini cuman numpang main." ujar Bi Butet keheranan. Biasanya mereka mampir ke Basegard atau warung Bi Butet cuman menumpang makan, main, atau berkumpul.

"Anak rajin gini, Bi. Mau tobat." ujar Gibran.

"Rajin di hukum?" tanya Sean.

"Oalah di hukum? Pantesan jadi mendadak rajin gitu!" Bi Butet mangut-mangut mengerti.

DEAR US (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang