21 - AIREL'S STORY.

5.7K 580 65
                                    

"Mau bagaimanapun, yang rapuh akan terlihat rapuh. Sekuat apapun dirinya menyembunyikan itu."

***

"AIREL sama Alvaro punya masa lalu yang berkaitan. Mantan." Gibran dengan seksama mendengarkan penjelasan Darrel, cowok itu terkejut ketika temannya itu lebih tau darinya.

"Dari mana lo tau? Kenapa selama ini lo diem aja?" Darrel terlihat berpikir, lalu menghembuskan napas kemudian.

"Gue takut lo bakal marah sama Nyai."

"Goblok lo, Rell. Hal besar kayak gini lo umpetin." Mario memukul pelan kepala Darrel saking kesalnya.

"Tapi, lo tau dari mana?" Gavino menambahkan.

"Gue.. gue pernah di ceritain.." Darrel seperti mengingat-ingat, "Sama temennya Alvaro."

"Intinya, nggak seharusnya lo marah sama Airel. Dia lagi terpukul soal keluarganya." Sean menengahi, ia tahu bahwa Airel mungkin sedang ada masalah besar dengan keluarganya. Seperti apa yang ia lihat beberapa waktu lalu.

"Jangan gara-gara lo Airel jadi jauh sama Asgard, Gib. Awal kita kebentuk itu juga karena dukungan dia."

Gibran terdiam mendengar perkataan Darrel, ia menyesali perbuatannya yang dengan gampang mengabaikan Airel begitu saja dan menumpahkannya pada perempuan lain.

"Alvaro emang musuh kita, dan Airel masa lalunya. Tapi yang namanya masa lalu nggak usah di kaitin lagi. Bisa jadi, dengan kehancuran hubungan lo sama Airel, ini ngebuat kesempatan buat Alvaro." Perkataan Mario makin membuat Gibran yakin bahwa ia harus memperbaiki ini semua.

"Gue cabut dulu." Gibran bangkit, lalu mengambil helm fullfacenya dan segera pergi dari warung tongkrongan langganannya itu.

***

Gibran menekan tombol bel beberapa kali, namun penghuni rumah tak juga membukanya. Ia tak bisa begitu saja masuk seperti biasa, karena hubungan keduanya baru saja di ambang masalah.

"Sebentar!" Ada sahutan, membuat Gibran segera menegakkan tubuhnya.

Pintu terbuka, menampilkan Airel dengan kaus hitam lengan pendek dan di balut jeans hitam belel. Matanya terkejut menatap Gibran yang tersenyum kearahnya.

Tanpa banyak berpikir, ia berancang-ancang akan menutup pintunya, namun tangan besar Gibran segara mencegah itu, membuat Airel mengurungkan niatnya.

"Pergi, ngapain disini?!"

"Ketemu ibu dari calon anak anak gue." Gibran pun masuk begitu saja lalu duduk di sofa. Ia benci kecanggungan, jadi ia akan menghentikan itu sebelum terjadi.

Airel terkejut, lalu menatap marah kearah Gibran. "Otak lo udah ilang ya? Nggak punya sopan santun?! Habis ngebuat salah terus lo dateng seenaknya gitu?!"

"Maksudnya, nanti gue mau ketemu Safira, calon ibu dari anak anak gue, sebelum kesana gue mau kesini, numpang makan."

Muka Airel berubah tambah memerah, menahan amarah yang membuncah. "Keluar sekarang, atau gue teriak!"

"Eh, kalem kalem aja. Gue udah mutusin dia. Demi lo."

Airel tertawa. "Udah gue duga. Kerjaan lo itu cuman nyakitin orang lain! Brengsek!"

"Terus, tadi lo bilang gue buat salah? Maksud lo kesalahan karena udah ninggalin lo terus milih cewek lain?"

Airel mengepalkan tangannya, lalu mengampiri Gibran dan menarik kerah jaket cowok itu dengan kasar. "Sekali lagi lo ngomong gitu, gue robek mulut lo sekarang juga!"

DEAR US (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang