71 - KEMBALINYA ALVARO

2K 395 1K
                                    

Jangan lupa vote sebelum membaca biar nggak lupa! ❤

■■■■

Jangan menghitung berapa banyak kamu sakit hati. Tapi hitung berapa banyak orang yang tersakiti karena kamu.

■■■■

"Mar, si Caca suka sama lo tuh. Nggak berniat lo notice?" tanya Darrel menatap Mario yang sibuk dengan soto ayamnya. Ia memperhatikan Caca yang sedari tadi menatap Mario tanpa jeda.

Mario menggeleng cuek. "Nggak minat."

"Bukan gitu bro, Mario tuh nggak berani macarin cewek. Takut sakit hati katanya." balas Gavin lalu tertawa meledek.

"Gue cuman takut kalau macarin cewek, nanti gue bikin dia sakit hati. Bukan nggak mau, ya cuman belum siap aja." ujar Mario lalu tetap asyik dengan makanannya.

"Ya namanya hubungan, nggak ada yang mulus mulus aja. Pasti ada jatuh bangunnya, ada sakit hati, ada senengnya juga." balas Gibran.

"Nah itu, alesan gue nggak mau yang namanya cinta-cintaan. Rumit. Banyak dramanya. Diri sendiri aja belum bener, gimana mau ngurusin cewek gue nanti. Yang ada dia makan hati terus." ujar Mario. Padahal, Mario adalah tipe laki-laki yang cukup perhatian, ia memang tak suka hal yang rumit, hal itu yang membuatnya enggan untuk menyentuh yang namanya cinta.

"Maggie punya pacar, setiap hari kerjaannya nangis karena pacarnya belakangan ini jarang ngabarin. Di tambah dia mergokin cowoknya itu sama cewek lain di gang sepi. Gue sampe enek ngeliat dia setiap hari kerjaannya bengong, nangis, kayak orang nggak punya gairah hidup. Tapi, anehnya, dia masih berharap. Sampai sekarang gue bingung, kenapa orang masih berani jatuh cinta kalau ujung-ujungnya selalu di patahin?" tanya Mario menceritakan soal adik perempuannya yang belakangan ini sering menangis. Bahkan Mario sampai tak tahu lagi cara menenangkannya.

"Itu sih cowoknya aja yang brengsek. Kalau Maggie adik gue, udah gue patahin batang leher pacarnya." ujar Darrel seketika kesal mendengar cerita Mario.

"Itu yang gue takutin, gue takut jadi cowok brengsek kayak gitu. Ternyata dampaknya parah banget, adik gue sampe nggak mau makan berhari-hari. Karena ini gue makin yakin kalau gue nggak akan pernah nyentuh yang namanya cinta-cintaan sebelum gue siap nerima semua resikonya."

"Lo belum nemu yang pas aja." ujar Gibran.

"Cinta nggak akan masuk kalau tuan rumahnya nggak buka pintu. Dan sampai sekarang gue belum mau buka hati. Gue nggak munafik, ada cewek yang menarik di mata gue, tapi gue belum mau terlalu jauh." balas Mario di angguki oleh Gibran.

"Tapi lo nggak pernah suka sama seseorang gitu? Dulu, lo pernah suka sama Biya kelas sebelah, sekarang masih suka?" tanya Darrel.

Mario menggeleng. "Kagum doang, nggak sampe suka apalagi cinta. Gue mau fokus dulu sama Asgard, daripada nanti gue punya pacar, pacar gue malah ngelarang kumpul-kumpul. Jadi berabe nanti." Ucapan Mario ini sedikit menusuk Gibran. Ia teringat Darlena, yang menyuruhnya untuk berhenti berkumpul bersama Asgard. Ternyata memang benar, tak semua perempuan suka mempunya pacar ketua geng, padahal menurut Gibran ia memacari Darlena dengan alasan terbesarnya adalah untuk melindungi cewek itu.

"Udah lah, bre, temenin gue jomblo aja. Lagian nggak ada salahnya jadi jomblo, enak bisa jalan sama siapa aja, anti patah hati club. Ya nggak enaknya cuman kadang bikin iri sih. Apalagi yang pacaran di depan mata, pengen gue labrak rasanya, hidup serasa milik berdua, halah tai kucing. Tapi intinya jomblo itu nikmat bener."

"Nikmat pedihnya nahan doi jalan sama yang lain, kan?" tebak Darrel membuat Gavin mendelik kesal.

"Gue sama lo beda. Kalau gue sih masih banyak yang ngejar, lah kalau lo apa kabar?" tanya Mario langsung dapat toyoran dari Gavin.

DEAR US (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang