-22- Player.

4.9K 482 34
                                    

Terserah jika memang mau bangga ketika semua orang mencintai kamu karena memakai 'topeng'. Tapi, sampai kapan kamu sanggup mengenakannya dan terus 'bermain peran'?

***

GIBRAN ikut terkejut melihat apa yang terjadi di depannya. Cowok itu turun dari motor lalu menghampiri Airel yang masih mematung di depan gerbang.

"BERHENTI!" Airel berteriak, membuat kedua orang yang berada di dalam sana menoleh.

Pria itu menoleh, menatap nyalang kearah Airel. Ia menautkan alisnya, ketika melihat seorang cewek berdiri di depan rumahnya. Ia tak mengenal siapa Airel.

Tanpa banyak bicara, ia segara membawa Nina masuk kedalam, agar tidak banyak menimbulkan kecurigaan. Padahal dengan jelas Airel melihat semuanya.

"Siapa kamu?" Pria menghampiri Airel, menatapnya dari atas sampai bawah.

Airel meneguk ludahnya, bingung ingin berkata apa. "Em.. anu..--"

"Kami mau ketemu sama Tante Nina, Om." sela Gibran.

Pria itu terlihat sedikit terkejut karena mendengar bahwa dua remaja ini tahu bahwa ada Nina di dalam. "Nggak ada yang namanya Nina. Lebih baik kalian pulang."

"Loh, Om, nggak bisa gitu. Saya perlu ketemu beliau sekarang!" Airel langsung menunjukkan wajah marah.

"Pergi atau saya pakai cara kekerasan." Pria itu seperti menahan emosi, agar tidak langsung meledak-ledak.

"Terserah kalau kalian mau terus berdiri disitu, tapi yang jelas, nggak ada Nina disini!" Airel maupun Gibran pun tekejut, lalu memilih untuk diam.

Gibran langsung memegang kedua bahu Airel dan mengusapnya pelan. "Rel, mending kita pulang, nggak aman. Nanti kita pikirin ya kalau udah di rumah. Ayo." Cowok itu pun membawa Airel yang masih diam dengan pandangan kosong.

"Rel." Airel tekejut, lalu ia segera memakai helm yang di berikan Gibran.

"Jangan di pikirin dulu, kita pergi dari aini dulu, ya. Everything will be okay." ujar Gibran menenangkan.

***

"Kenapa Papa nggak pernah cerita soal Mama ke aku?" Airel menggenggam sendoknya sedikit lebih keras, matanya tetap tertuju pada sepiring makanan di depannya.

Fadil yang baru saja menelan makanannya menatap anaknya yang baru saja melontarkan pertanyaan yang mengejutkan.

"Soal apa?"

"Mama. Dia udah berkeluarga lagi, kan?"

Fadil terdiam, memikirkan jawaban yang harus ia berikan kepada Airel agar cewek itu mau mengerti.

"Papa juga baru tau, Rel."

Airel mendongakkan kepalanya, menatap tak biasa kearah ayahnya. "Baru tau?" Ia tertawa kecil, "Nggak mungkin, Pa. Papa pasti tau ini dari awal. Secara aku yakin Papa juga masih peduli, kan, sama Mama? Kenapa Papa nggak mau kasih tau Airel?"

"Rel, Mama baik baik aja. Kamu nggak usah khawatir soal itu."

Airel makin di buat tak mengerti, cewek itu menggelengkan kepalanya. "Aku nggak bisa di tipu, Pa." tekannya.

"Mama dalam bahaya. Mama nggak lagi baik-baik aja. Papa pasti tau kalau suami Mama yang sekarang kayak gimana. Tapi kenapa Papa tega nggak kasih tau Airel!?"

Fadil makin terkejut mendengar penuturan Airel yang ternyata sudah mengetahui itu semua. "Rel, dengerin Papa, ini udah pilihan Mama. Papa sama Mama bahkan udah nggak ada hubungan apa-apa. Papa nggak bisa ngelakuin apapun."

DEAR US (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang