48. Baik-baik Saja

271 12 0
                                    

"A-aku juga ngerasain hal yang sama." Aqhela tersenyum lembut, ia balas menatap netra teduh yang ditujukan untuknya itu. "Tapi, Ndre ...."

Andre siap mendengar apapun pengakuan Aqhela, ia lebih dari siap sekarang.

"Sebenarnya aku dengar obrolan kalian waktu di restoran, jujur aku enggak bisa memprioritaskan salah satu dari kalian. Terlalu egois kalau harus kehilangan salah satu dari kalian." Aqhela menggeleng. "Aku enggak mau kehilangan lagi."

Ia menggenggam tangan Andre, gadis itu tersenyum kembali. "Sekarang aku menyadari sudut pandang Andella tentang kalian. Kalian berdua terlalu berharga untuk jadi pilihan, kalau bisa miliki dua-duanya kenapa enggak?"

Mereka berdua terkekeh. Dengan satu tangannya yang bebas Andre mengusap puncak kepala Aqhela lembut.

"Temenan aja enggak apa-apa, 'kan?" tanya Aqhela.

Andre menatap genggaman tangan Aqhela, lalu membalas menggenggamnya. Ia mengangguk, meski hatinya remuk. Ia sangat paham maksud Aqhela, terlalu egois jika mengorbankan perasaan salah satu dari mereka. Bukankah begini saja sudah bahagia?

"Keluar yuk!"

Mereka berjalan dengan bergandengan tangan, menghampiri Dika yang berdiri di luar sana.

Dika menyadari kehadiran dua remaja itu. Ia menatap tangan yang saling bergenggaman, lalu tersenyum simpul.

"Apa perlu nih gua pulang aja?" tanyanya. Tentu saja ia berpandangan lain melihat kedekatan dua orang itu kini.

Aqhela terkekeh, gadis itu langsung menggenggam tangan Dika juga. "Yuk photo box!"

Aqhela menyeret dua lelaki itu.

***

Ponsel Dika berdering saat selesai berfoto. Lelaki itu mengangkat. Setelah berbincang-bincang beberapa menit, ekspresi wajah Dika berubah. Andre dan Aqhela menyadari itu.

"Kenapa, Dik?" tanya Aqhela penasaran.

"Bokap masuk rumah sakit."

"Ya ampun."

"Gua duluan ya, Ndre antar Qhela pulang dengan selamat." Setelah mengatakan itu Dika langsung melesat dari sana. Ia sangat khawatir.

Andre menghela napas. "Kita pulang sekarang?"

Aqhela mengangguk. Mungkin sebaiknya begitu. Mereka berjalan keluar dari sana, berdiri di pinggir jalan mencari taksi.

"Kalau pulang sendiri bisa?" tanya Andre.

Aqhela menoleh, menatap lelaki itu. "Emang mau ke mana?"

"Ada urusan."

"Aku ikut."

"Enggak, Qhel."

"Mau ke mana sih? Aku bisa nemenin kok." Aqhela memaksa.

"Ya udah, saya antar pulang." Ia melambaikan tangan pada taksi, membuat kendaraan itu terhenti di depannya.

Aqhela menggeleng. Tetap keukeh pada pendiriannya. "Muka kamu dari tadi tertekan, Ndre. Aku tau kamu lagi mikirin sesuatu."

Andre menghela napas, ia menutup kembali pintu taksi yang dibukanya. Lalu mengintip di pintu kaca depan. "Maaf, enggak jadi, Pak."

Second Love : Aku atau Masa Lalumu!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang