"Kenapa kalian bisa saling benci?" Pertanyaan itu terlontar begitu saja saat Dika selesai bercerita. Tentang fakta-fakta semua yang terjadi di antara Andre, Andella, dan Dika. Semua cukup jelas dan semakin cowok itu bercerita semakin besar rasa penasaran yang dimiliki Aqhela.
"Aku juga suka sama Della, jelas?" Dika menatap mata penuh penasaran milik Aqhela. Gadis itu mengangguk.
"Tapi aku nggak ngerti kenapa kamu nuduh Andre yang bunuh Della, itu nggak masuk diakal." Aqhela menyangkal opini itu. Sangat mustahil mengingat Andre sangat mencintai Andella.
"Sengaja atau nggak, Andre yang nyebabin Della terbunuh! Dia yang bikin gadis itu ke sini sendirian." Dika menunduk, terlihat jelas ia sedang menahan emosi. Semilir angin di pinggir danau Senyuman tak mampu meredam emosinya.
***
"Dika!" panggil gadis berbalut dress putih itu. Ia mendekat dengan berlari-lari kecil.
"Tau Andre ke mana?" tanyanya tanpa basa-basi.
Dika menggeleng. "Di rumahnya mungkin?"
Gadis itu mengembuskan napas, ia menggeleng lemah. "Enggak ada."
"Tungguin aja," ucapnya. "Ditinggal sama Andre sehari aja masa nggak bisa."
"Bukannya gitu. Kami udah janjian hari ini." Ia menatap dengan tatapan yang sulit ditebak. "Lupain aja." Ia berjalan menjauh, meninggalkan cowok itu sendirian di pekarangan rumahnya.
***
"Dia cariin Andre seharian, tapi si Bangsat itu nggak datang-datang ke rumah kaca. Padahal dia udah janji dan yang terjadi malah ...." Dadanya bergemuruh menceritakan semua itu, ia sesak. Perasaan kehilangan itu tak pernah pergi.
Aqhela merasa iba, ia mendekat dan mengelus pundak cowok itu dengan tulus. Sakit yang sama juga ia rasakan. Apalagi Andre, Aqhela tak bisa membayangkan betapa frustrasinya cowok itu.
"Andai aku nawarin diri buat ikut sama dia nyari si Bangsat atau nemenin dia sampai si Bangsat dateng, mungkin Andella masih di sini. Semua salah aku." Giliran Aqhela yang menangis, ia sedih melihat betapa kehilangan orang-orang ini.
Aqhela menggeleng. "Nggak ada yang salah, itu semua takdir."
"Dan hal terbego lainnya yang aku lakuin adalah dengan bilang ke orang-orang kalau Andre yang bunuh Andella." Dika tersenyum miris. "Childish emang, tapi aku butuh orang untuk disalahin. Dan kebetulan yang pertama nemuin jasad Andella adalah Andre. Andai dia datang lebih awal dan nggak lupain janjinya, mungkin Della masih di sini, Qhel."
Aqhela paham mengapa Dika melakukan itu, ia tak bisa membayangkan betapa tersiksanya Andre atas tuduhan yang sama sekali tak berdasar. Kini satu persatu tanda tanya yang ada di otaknya terpecahkan. Ia juga yakin ada alasan mengapa Andre tak datang.
Dika menatap wajah Aqhela dengan saksama, ia tersenyum lembut sebelum jarinya menghapus jejak air mata pada pipi lembut milik Aqhela. "Wajah kamu mirip sama Andella, mungkin itu salah satu alasan Andre buka diri." Setelah mengatakan itu ia berdiri. Mengulurkan tangan pada Aqhela untuk ikut berdiri juga.
Gadis itu menyambut uluran tangan itu. Ia berdiri dan mulai mengikuti Dika pergi dari tempat itu. Satu hal yang kini ada dipikirannya, apa karena wajahnya mirip dengan Andella sehingga Andre pernah salah sebut? Kini, pertanyaan itu yang menghantui pikirannya. Gadis itu terlalu banyak pikiran akhir-akhir ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Love : Aku atau Masa Lalumu!
Roman pour Adolescents[Belum Revisi] [15+] PLAGIAT DILARANG MENDEKAT Sebuah cerita tentang gadis rapuh yang ingin menemukan kebahagiaannya. Berusaha mengubur kisah kelabu yang telah ditulis dalam takdirnya, ia ingin melupakan itu. Namun, seberapa kuat ia berlari sekuat...