43. Babak Baru

120 7 0
                                    

Perempuan berpakaian cream dengan setelan kantor itu melempar pelan sebuah berkas usang ke atas meja kayu. Ketiga remaja di depannya menatap penuh tanya. Apa ini?

Hanna menghela napas, lalu berkacak pinggang. "Kalian pikir, cuma kalian yang punya barang bukti?"

Aqhela berkedip dua kali, lalu membuka dokumen itu setelah mendengar apa yang diucapkan Hanna.

"Laporan keuangan?" tanyanya.

Hanna mengangguk. Ia kemudian mengangkat sebuah kotak yang tidak terlalu besar ke hadapan para remaja itu. Kini tepi danau menjadi markas rahasia dadakan mereka.

Aqhela menyerahkan laporan keuangan usang itu pada Dika dan Andre. Ia beralih mengambil kotak biru tua itu dan membukanya. Ia membelalak tak percaya dengan apa yang ia lihat.

"Su-surat terornya masih Bunda simpen?" Ia menganga mengambil satu persatu kertas dengan tulisan bertinta merah itu.

'Bungkam atau mati?'

'Keluargamu akan jadi incaran kami.'

'Anda terlalu ikut campur.'

Masih banyak lagi tulisan yang ada di sana, ingatan Aqhela langsung terlempar jauh saat surat-surat ini satu persatu mendatangi rumahnya. Membuat ia kehilangan tenaga.

Hanna melihat perubahan ekspresi Aqhela, ia mengambil semua surat-surat itu dari tangan Aqhela dan menutup kotak.

"Saya dapat SMS dari Om Bram." Semua mata yang ada di sana tertuju pada Andre.

"Apa katanya?" tanya Aqhela tak sabaran.

"SMA Atira."

Hanna mengerutkan keningnya. Perempuan itu sedikit tahu tentang sekolah menengah atas itu. "SMA yang gedung sekolahnya pernah runtuh itu? Bunda pernah meliput di sana."

Andre mengangguk. "Tepat."

"Terus, maksudnya apa?" Aqhela tak mengerti.

Tiba-tiba saja Dika menyela. "Gila! Laporan keuangan yang ini nilainya beda jauh dari laporan keuangan yang mereka posting di websitenya."

Lelaki itu masih tak percaya dan terus membandingkan data kertas lusuh itu dengan data keuangan yang ada di ponselnya.

Aqhela makin tak paham. Kepalanya malah sakit memikirkan di mana benang merahnya.

"Dan saya menemukan fakta yang menangani pembangunan gedung baru kala itu adalah PT Bluesky Utama. Perusahaan properti dan real estate tempat Ayah Qhela bekerja," jelas Andre.

Aqhela menutup mulutnya. Ia mulai sedikit paham.

Andre membuka laptopnya, membaca info yang ia rangkum. "Sekolahnya dibangun dengan sistem multiyears, sempat mangkrak waktu tahun 2014, lalu lanjut 2015 karena ketidaktersediaan dana. Lalu, baru beberapa bulan digunakan bangunan baru itu roboh. Di artikel yang saya baca penyebabnya karena kontur tanah yang tidak stabil."

Hanna mengangguk takzim, ia tahu semua tentang info itu. Ia juga ikut andil dalam mencari sumber terpercaya untuk bahan riset artikel itu.

Dika menggeleng tak percaya. "Fix!" ujarnya. "Ini soal pencucian uang dan bokapnya Qhela tau!"

Jantung Aqhela berdebar tak keruan, ia tak menyangka bahwa kasusnya serumit dan sebesar itu. Membuat ia merasa kehilangan akal.

"Terus, tersangka utama kita siapa?" tanya Hanna.

"Masih belum jelas, Tante. Saya akan coba desak Pak Bram atau Pak Indra untuk tanyakan siapa." Andre menutup laptopnya.

"Aku sempat liat orang itu, dia punya kumis," celetuk Aqhela sangat yakin.

Second Love : Aku atau Masa Lalumu!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang