34. Bahas

75 6 0
                                    

Ruangan sudah gelap gulita. Namun, manik gadis itu belum mau terpejam. Perjalanan yang melelahkan dan panjang itu berhasil membuat mereka roboh. Memilih untuk tidur saja alih-alih bermain atau membakar marshmellow di pinggir pantai.

Aqhela melirik ke kanan dan kiri. Aurel dan Inge sudah sejak tadi tertidur pulas. Ia mengambil ponselnya, melihat jam berapa sekarang.

Aqhela menghela napas lelah. "Udah jam dua ternyata."

Gadis itu memutuskan untuk berjalan-jalan sebentar mencari angin segar. Barang kali setelah itu ia bisa tidur tenang.

Aqhela beranjak dari kasur. Ia berjalan dengan ujung kakinya agar temannya tak terjaga. Menutup pintu dengan pelan.

Gadis itu memutuskan untuk ke balkon saja, tepat saat pintu dominan kaca itu dibuka angin malam langsung menyapa kulitnya. Aqhela berkedip, bahkan untuk menikmati keindahan yang disuguhkan di depan matanya saja tidak bisa karena otaknya dipenuhi semua hal itu. Kenapa pamannya sangat tega?

Lagi-lagi Aqhela hanya bisa menghela napas gusar saat otaknya sesak dengan tanya.

"Enggak bisa tidur?" Suara bariton yang tiba-tiba muncul mengagetkan lamunan Aqhela. Ia menoleh, mendapati Andre sudah ada di sampingnya.

Aqhela mengangguk. Ia kembali menatap lurus, lebih tepatnya menatap kosong asal tidak menatap Andre.

"Sudah gua duga." Suara itu sontak membuat Aqhela menoleh kembali. Dika di sini juga? Apa yang dilakukan kedua lelaki itu.

"Kalian pasti janjian ketemu di sini, 'kan?" Dika berdiri di samping Aqhela.

"Ngikutin saya?" cecar Andre. Ekspresinya yang tampak tenang kini berubah gusar.

Dika mengangguk. "Ya, bener. Dugaan gua bener, 'kan? Kalian diam-diam ketemu di belakang gua."

Kekanak-kanakan sekali. Aqhela jadi merasa seperti pacar yang ketahuan selingkuh. Reaksi Dika sungguh berlebihan.

Gadis itu menaruh ponselnya di depan wajah Dika. "Aku enggak pernah nyuruh Andre buat ketemuan!"

Dika langsung terlihat salah tingkah. Ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Gua percaya sama Qhela, tapi gua enggak percaya sama lu!" Dika menjawab ketus dengan menunjuk Andre.

Lelaki yang sedari tadi diam itu menghela napas lelah. Memang sih tadi ia sempat mengajak Aqhela bertemu, tetapi kejadian ini benar-benar sebuah ketidaksengajaan.

"Terserah."

Aqhela menatap keduanya bergantian. "Udah! Kalau kalian berantem biar aku aja yang pergi."

Gadis itu sudah akan melangkah meninggalkan balkon. Namun, kedua lelaki itu sontak memegang masing-masing tangan Aqhela.

Mereka yang menyadari sikap spontan itu langsung melepaskan genggaman. Aqhela cukup terkejut, mereka berdua cukup kompak. Suasana menjadi canggung.

"Ekhem." Dika berdehem mencoba menetralkan suasana. "Mau aku bikini cokelat panas, Qhel?"

Gadis itu menggeleng. "Enggak usah."

Hening. Semuanya terdiam.

"Kamu enggak mau jelasin sesuatu?" tanya Andre tiba-tiba.

Aqhela berkedip dua kali, kemudian menghela napas. Ia melirik Andre tajam. "Soal?"

Andre balas meliriknya. "Saya tahu kamu punya sesuatu yang mau dijelaskan."

Baiklah, Aqhela menyerah. Tidak mungkin juga ia menyembunyikan fakta itu. Lambat laun kedua lelaki itu akan tahu. Ia hanya terus mengulur waktu.

Second Love : Aku atau Masa Lalumu!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang