08. Siapa Della?

224 19 1
                                    

Ketukan pintu membuat gadis yang sedang mencuci piring itu beranjak dari aktivitasnya. Ia membuka pintu pelan, tak menyangka orang yang mengetuk pintu adalah Andre.

"Masuk, Ndre!" Dengan senyum terpaksa Aqhela mempersilahkan.

Andre langsung masuk setelah dipersilakan, duduk di kursi tamu dan mengeluarkan buku-buku.

"Ah, aku lupa kalau kita ada tugas kelompok. Maaf ya," ucap Aqhela merasa bersalah karena tidak masuk sekolah tadi.

Andre hanya mengangguk, menyodorkan buku kumpulan cerpen ke arah Aqhela. Ia meraihnya, segera duduk di samping Andre.

"Gimana?" tanya Andre sembari membuka buku.

"Apanya? Tugas?" Aqhela balik bertanya. Bingung.

"Keadaan."

"Oh, udah baikan kok." Entah kenapa suasana menjadi secanggung ini. Aqhela sesekali melirik Andre, cowok itu sangat fokus dengan buku-buku.

"Umh ... aku ambilin minum dulu, ya." Andre hanya mengangguk.

Aqhela segera beranjak, mengambil botol minum aneka rasa buah dari kulkas dan menuangkan ke gelas. Tidak lupa menyiapkan camilan renyah.

Ia buru-buru menghampiri Andre, takut cowok dingin itu menunggu. Tepat saat hampir menjangkau meja, Aqhela tersandung kakinya sendiri. Menyebabkan minuman tumpah ruah di atas buku-buku, gelas kaca menghantam lantai dan pecah berkeping. Ia panik, sesegera mungkin membersihkan buku-buku dari air manis sari buah itu.

"Biar saya saja," kata Andre datar.

Aqhela menatap takut-takut. "Maaf."

Aqhela beralih membersihkan pecahan kaca yang berserak. Tubuhnya ada di sini, tetapi pikirannya entah ke mana. Kenapa ia begitu ceroboh? Ini memalukan.

"Awh ...." Akibat tak fokus dengan apa yang ia kerjakan, jari telunjuk Aqhela tergores pecahan kaca. Andre yang melihat itu, berdecak tak suka.

"Hati-hati." Ia meraih tangan Aqhela, meniupi dengan pelan.

"Maaf." Aqhela menunduk semakin dalam.

Hening. Tak ada yang buka suara lagi, biasanya gadis cantik itu yang selalu memulai pembicaraan. Kali ini tidak, dia begitu takut dengan segala kemungkinan ataupun pengabaian. Namun, tak bisa dimungkiri, ada rasa senang di hatinya saat mendapat perhatian kecil dari Andre.

"Jangan lakukan hal konyol lagi," ucap Andre tiba-tiba membuat Aqhela mendongak. Mata mereka bersirobok. Aqhela melayangkan pandangan tanya, sedangkan Andre melayangkan tatapan peringatan. Andre menyentuh keloid yang ada di tangan sebelah kiri Aqhela. Sekarang gadis itu paham. Cepat-cepat ia menarik tangannya.

Andre selalu ingin menanyakan hal itu. Namun, egonya lebih kuat. Bukan Andre namanya jika ia sibuk mengurusi orang lain, tetapi untuk Aqhela? Ini terasa beda, seolah ada magnet yang membuat Andre terus tertarik memikirkan gadis ceroboh itu. Andre menggeleng, mengenyahkan pikiran tak berfaedah. Segera memunguti pecahan beling.

"A-aku ke kamar dulu ya," kata Aqhela segera bangkit dan berjalan agak cepat tanpa persetujuan Andre. Ia ingin melarikan diri. Jujur saja, berada di dekat Andre membuatnya gugup setengah mati. Takut Andre mengungkit atau menanyakan pertanyaan aneh soal di parkiran tempo hari.

Aqhela mengunci kamar, menarik napas dan mengembuskan perlahan.

"Jangan mikirin aneh-aneh, Qhel." Aqhela meremas jemarinya, menetralkan degup jantung. "Andre pasti cuma kasihan sama aku, makanya perhatian."

Aqhela berjalan menuju meja belajar, mengambil buku dan bolpoin yang diperlukan. Pasti Andre sudah menunggu.

Ia kembali berjalan keluar kamar, berjalan pelan menuju ruang tamu. Tepat saat berada di ruang tamu, Aqhela mendengar suara dering ponsel. Ia terperanjat, menghampiri ponsel dengan was was. Itu milik bundanya, pasti kelupaan.

Second Love : Aku atau Masa Lalumu!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang