Bu Mina sudah keluar beberapa menit yang lalu. Beberapa siswa mendatangi bangku Aqhela untuk berkenalan. Menurut Aqhela teman-teman barunya ini ramah, tak ada mata yang menatap dirinya seperti alien lagi. Ia menyukai kehidupan barunya, jauh dari kebisingan dan orang-orang yang mengetahui masa terkelam di dalam hidupnya.
"Qhel, kenapa milih pindah ke sini?" tanya seorang gadis berambut belah tengah.
Aqhela tersenyum ramah. "Karena tempatnya indah, banyak pohon. Aku suka itu."
"Mau nggak jadi pacar Babang Abil?" Cowok itu menggerak-gerakkan alisnya menggoda.
"Nggak! Pergi sono lu," tegas Aurel. Padahal pertanyaan itu ditujukan untuk Aqhela.
"Bukan lu yang gua tanya, peak!" Abil berlalu sewot meninggalkan ruangan.
"Maklumin ya, Qhel. Tuh anak emang rada gesrek," ucap Aurel dengan nada kesal.
"Lucu, ya," kata Aqhela yang malah merasa terhibur.
"Udah ah acara kenal-kenalannya, laper nih. Kantin yuk!"
Ada tiga siswa lainnya yang ada di hadapan Aqhela, mereka beranjak pergi ke tempat tujuan masing-masing. Aurel dan Inge sudah bergegas ke kantin. Dari sini dapat Aqhela lihat Andre sibuk memasukkan beberapa buku miliknya ke tas.
"Woy, Qhel. Jangan ngelamun!"
Aqhela jadi gelagapan sendiri merutuki kebodohannya, kenapa ia malah memperhatikan cowok yang jelas-jelas berbicara dengannya saja tidak mau? Aqhela segera berdiri, berjalan mengikuti teman-temannya.
Andre keluar terlebih dahulu dari kelas, mata Aqhela sedari tadi tak bisa lepas darinya. Aqhela melihat Andre yang berbelok ke koridor berbeda dari tujuannya. Entah dorongan darimana Aqhela mencari alasan untuk bisa bertemu Andre.
"Rel, aku ke toilet dulu ya."
"Eh, mau gua temenin? Lu 'kan belum hafal banget sekolah ini," tawar Aurel.
"Nggak usah, nanti aku tanya siswa lain." Aqhela segera melangkahkan kaki, menjauh dari kedua temannya.
Ia segera berjalan ke arah yang sama dengan Andre. Matanya tak lepas dari cowok berpostur tegap itu. Aqhela mencoba menyejajarkan langkahnya dengan Andre.
"Ha-hai," sapa Aqhela ramah seperti biasa.
Tak ada balasan, sama seperti sebelumnya. Aqhela cemberut, lalu kembali mengembangkan senyumnya.
"Namaku Aqhela. Kamu Andre, 'kan?"
Andre menghentikan langkahnya, berbalik menatap Aqhela dengan tatapan yang sulit diartikan. Mendapat tatapan seperti itu membuat nyali Aqhela menciut.
"Kalau sudah tahu, ngapain nanya?" Nada datar serta menusuk itu keluar dari bibir Andre. Aqhela tertunduk, tak berani menatap mata Andre yang tajam dan dingin. "Jauhi saya!"
Andre berlalu meninggalkan Aqhela, ia sama sekali tak memikirkan perasaan gadis itu.
"Tapi, aku cuma mau tanya toilet di mana," ucapnya lirih dan masih menunduk.
Andre mendengarnya, ia tersenyum miring meremehkan alasan Aqhela. Ia tetap berlalu, tak ingin basa-basi mengurusi hal yang tak penting.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Love : Aku atau Masa Lalumu!
Fiksi Remaja[Belum Revisi] [15+] PLAGIAT DILARANG MENDEKAT Sebuah cerita tentang gadis rapuh yang ingin menemukan kebahagiaannya. Berusaha mengubur kisah kelabu yang telah ditulis dalam takdirnya, ia ingin melupakan itu. Namun, seberapa kuat ia berlari sekuat...