19. Cerita tentang Hujan

155 13 0
                                    

Hari itu siswa dipulangkan lebih cepat karena para guru mengadakan rapat. Sayang, tetap saja mereka terjebak di koridor sekolah karena hujan lebat mengguyur. Aqhela menghirup napas dalam-dalam. Ia suka aroma tanah saat hujan turun. Begitu mendamaikan.

Ia tak menyadari sedari tadi ada lelaki yang memperhatikan gerak-geriknya. Andre sudah sejak tadi di sampingnya. Cewek itu baru sadar setelah ia melihat ke samping. Ia jadi salah tingkah sendiri, sudah beberapa hari ini mereka tak saling bicara. Lebih tepatnya Aqhela yang menghindari pertemuan dengan cowok itu. Tentu saja akan ada perasaan canggung.

Ia melihat hujan mereda, Aqhela menengadahkan tangan mengetes deras hujan. Ia rasa tak apa jika menerobosnya. Baru saja ia ingin melangkah, sebuah tangan mencekalnya. Tentu saja itu tangan milik Andre. Aqhela tampak bingung.

"Tunggu berhenti."

Aqhela kembali di tempatnya. Selang beberapa waktu, petir menyambar membuat gemuruh yang memekakkan telinga. Andre terdengar meringis dan menutup mata. Gledek makin menjadi-jadi dan hujan malah menderas. Tidak jadi berhenti.

Aqhela menyadari ada yang salah dari Andre. Ia tersadar. Aqhela mengambil earphone dari tasnya, menjinjit sedikit lalu memasang earphone itu di telinga Andre. Ia menyetel musik dengan keras. Cowok itu menoleh, kemudia tersenyum.

Baru kali ini Aqhela melihat cowok itu tersenyum cukup lama. Bahkan ia sampai terpesona. Aqhela berdehem untuk menormalkan debaran jantungnya. Semoga saja wajahnya tak memerah. Ia akan malu pada Andre kalau itu sampai terjadi.

***

Mereka pulang dengan menuntun sepeda karena takut ban sepedanya akan selip akibat hujan yang membuat jalan jadi licin. Aqhela menendang-nendang genangan air yang ada di jalan. Ia tak peduli sepatunya akan basah, intinya ia sedang mencari kesibukan agar tak memperhatikan cowok yang ada di sampingnya itu. Tak ada yang berniat membuka percakapan hingga mereka sampai.

"Aku masuk duluan ya?" ucap Aqhela sekadar basa-basi. Andre mengangguk.

Aqhela sudah menuntun sepedanya masuk ke pekarangan rumahnya.

"Tunggu."

Aqhela menoleh, raut wajahnya seolah-olah mengatakan 'ada apa'.

Andre melepas earphone yang sedari tadi ia kenakan. Ia menyodorkannya ke Aqhela.

"Terima kasih."

Aqhela menerima dan mengangguk.

"Eh ada Kakak Cantik!" Izora melangkah riang hingga menghampiri pembatas pagar tanaman yang membatasi rumahnya dengan Aqhela.

"Hai, Zora," sapa Aqhela tersenyum, ia selalu merasa bahagia melihat gadis kecil itu. Ia sangat ingin punya Adik.

"Bang Andre, ajak Kak Qhela juga dong ke pasar malam nanti malam! Mau 'kan Kak Qhela?" Wajah Izora sangat berharap. Aqhela menatap Andre meminta pendapat.

"Kalau ada waktu bisa?" tanya Andre.

Aqhela tersenyum sembari mengangguk. Ia menatap Izora. "Kita pergi sama-sama ya."

Izora membulatkan mulut tak menyangka. Ia melompat-lompat kegirangan. "Yeay, pergi ke pasar malam!"

***

Pintu kamar terbuka, gadis yang tadinya sibuk mencocokkan pakaian itu menoleh. Hanna menganga melihat kekacauan itu.

Aqhela tersenyum kikuk. "Entar Qhela beresin kok, Bun."

Second Love : Aku atau Masa Lalumu!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang