09. Bertemu

191 15 0
                                    

"Ya ampun, tugas kita!" Kertas-kertas tugas mereka berterbangan dari selasar kelas. Tepat mendarat di lapangan out door yang sedang digunakan siswa-siswa untuk olahraga. Kertas itu terinjak-injak.

"Maaf."

Andre menatap datar, tak memedulikan ucapan maaf Aqhela. Ia berbalik, berjalan membelakangi gadis yang merasa sangat bersalah itu.

"Andre! Maaf, maaf banget." Aqhela menggenggam tangan Andre. Cowok itu hanya memandangnya tajam. Aqhela jadi takut mendapat tatapan seperti itu. Ia melepas genggaman, membiarkan Andre berlalu.

***

Gadis itu memunguti kertas-kertas yang telanjur lusuh. Ia tak memedulikan tatapan kesal orang-orang yang ada di sana.

"Woy, nggak liat apa lapangan lagi dipake? Keluar sana dari lapangan!" Seorang gadis berkacak pinggang saat ia melihat Aqhela. Permainannya terganggu karena gadis itu.

"Tunggu sebentar ya, Kak," gumam Aqhela tak enak hati. Ia mempercepat tangannya memunguti kertas-kertas itu.

Ia langsung berlari menuju pinggir lapangan. Berjalan gontai menuju kelasnya. Bagaimana pun itu salahnya, maka ia harus bertanggung jawab. Saat sampai di kelas, Aqhela langsung mengeluarkan beberapa kertas kosong dari tas. Menyalin hasil tugasnya ke kertas yang bersih dan tak terkoyak. Ia berusaha agar semua selesai secepatnya, ia tak ingin Andre marah padanya.

"Ngapain sih, Qhel?" tanya Aurel yang langsung duduk setelah dari kantin. "Nih, pesanan lu." Aurel menyodorkan botol berisi air mineral.

"Tadi nggak sengaja bikin tugasku dan Andre jatuh ke lapangan, semuanya jadi kotor. Andre pasti marah, dia kemarin udah capek-capek buatnya," lirih Aqhela tanpa melepas pandangan dari tugas.

"Aelah, cowok kok ngambekan. Biarin ajalah, Qhel. Nggak usah dipikirin, lagian ya tuh anak mana punya perasaan." Aurel menarik salah satu kertas. "Ya udah, sini gua bantuin."

"Yakin, Rel?" Aqhela tersenyum jail.

"Ck, iyalah. Seenggak sukanya gua sama tuh manusia kulkas, tetep aja gua mau bantuin lu. Lu kan sahabat gua, tapi syaratnya bantuin balik," jelas Aurel di akhiri kekehan.

"Dih, ternyata ada maunya. Tenang aja," ucap Aqhela ikut terkekeh. Setidaknya, tugasnya akan lebih cepat selesai. Kemungkinan sepulang sekolah ia akan langsung meminta maaf pada Andre. Namun, seberapa kuat Aqhela untuk fokus, ia selalu memikirkan satu hal. Siapa cewek yang Andre sebut itu? Apa Aqhela kenal atau Andre hanya salah sebut? Kalau memang hanya salah sebut, seharusnya Andre tak perlu semarah itu saat Aqhela tanya ulang.

***

Gadis itu jadi deg-degan sendiri, mondar-mandir tak jelas di depan rumah orang. Ia ragu ingin mengetuk, tetapi juga tak ingin pulang. Apalagi Andre sendiri yang bilang bahwa mereka akan melanjutkan tugas. Aqhela menatap sekeliling, huft ... ia harus melakukannya. Berdiam diri di sini pun bukan hal yang bagus. Ia mengembuskan napasnya. Mengetuk pintu kayu itu dengan mantap. Belum sampai jemarinya mengetuk, pintu sudah terbuka.

Andre dengan wajah datarnya kini tepat di hadapan Aqhela. Cowok itu baru sadar sepersekian detik, Aqhela menatap cowok itu gamang. Ada yang aneh ....

Pintu terbanting tepat di hadapan Aqhela, belum sempat ia mengucap sepatah kata pun Andre sudah menutup pintunya kembali. Sebegitu marahnya kah dia?

Second Love : Aku atau Masa Lalumu!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang