Jika menemukan kesalahan penulisan, typo atau apalah itu. Mohon krisarnya, okey!
Selamat membaca dan semoga suka~
——–———–——————
——————––
——Suara dering itu membuat tubuh Aqhela membeku, dadanya terasa sesak dan peluh mulai mengucur dari pelipisnya. Ia berjalan mundur mencoba mengatur langkah serta napas yang kian berat hingga punggungnya menubruk meja dengan banyak foto di atasnya.
Foto dengan balutan kaca itu berjatuhan membuat suara nyaring yang semakin menyebalkan di telinga Aqhela. Ia menunduk menutup telinganya kuat-kuat.
"BERHENTI!" Ia menangis makin jadi. Dadanya terasa sesak tiap kali bunyi dering ponsel itu menginteruksi pendengaran. Ia menggeleng kuat untuk mengenyahkan kenangan kelam itu.
"Tanda tangan atau mati?"
"Akan kurenggut keluargamu!"
"Bersiaplah mati?"
Aqhela menggeleng kuat, tidak tahan dengan suara seseorang yang menggangu hari-harinya tiga tahun terakhir. Ia ingin kuat, melupakan segalanya. Mencoba mengikhlas semua yang sudah terjadi, tetapi trauma seolah tak memberinya celah.
"Aku mohon berhenti, jangan ganggu aku." Tangisannya makin pilu. Pundaknya naik-turun karena sesenggukan.
***
Lelaki itu berjalan menuju halaman rumah berhias rupa-rupa bunga itu. Perlahan diketuknya pintu dengan tangan sebelah kanannya yang bebas, sedangkan sebelah kiri menenteng beberapa buku.
"Assalamu'alaikum, permisi!" Biasanya beberapa ketukan saja akan membuat penghuni rumah itu langsung menyambut hangat. Namun, sudah beberapa kali Andre mengetuk. Gadis yang ada di dalam tak kunjung keluar.
Samar-samar Andre mendengar tangis itu. Ia membulatkan mata, tidak salah lagi. Itu tangis Aqhela, persis seperti saat di parkiran tempo hari.
"Qhel?" Andre memutar kenop pintu, tetapi terkunci. Ah, sial!
Andre semakin dibuat panik. Ia mengitari rumah bercat putih gading itu, mengecek jendela dengan tergesa. Namun, percuma! Semua berteralis. Andre segera berlari menuju pintu belakang. Memutar kenop pintunya dengan tergesa dan ternyata tak dikunci.
Andre berlari dengan tergesa, mencari keberadaan gadis itu. Ia menemukan Aqhela terduduk menangis di ruang tengah, keadaannya tampak kacau.
"Qhel?" Suara Andre melembut, menghampiri gadis yang sama sekali tak menggubris panggilannya. Aqhela masih setia menutupi telinga.
Andre menjongkok, menyejajarkan tubuhnya dengan Aqhela. Ia menggenggam tangan Aqhela agar berhenti menutup telinga.
"A ... ndre." Aqhela langsung memeluk lelaki itu, menenggelamkan wajahnya ke dalam dada bidang Andre agar tangisnya teredam di sana.
Andre terdiam, mencoba membalas pelukan Aqhela. Setidaknya hanya itu yang bisa ia beri. Sejumput rasa nyaman.
'Sebenarnya apa yang sudah kamu lalui, Qhel?' tanya batin Andre.
Setelah tangisan gadis itu reda, ia menarik diri mulai sadar kalau dia tak seharusnya seperti ini.
"Ma-maaf." Aqhela tertunduk.
![](https://img.wattpad.com/cover/151321611-288-k871178.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Love : Aku atau Masa Lalumu!
Ficção Adolescente[Belum Revisi] [15+] PLAGIAT DILARANG MENDEKAT Sebuah cerita tentang gadis rapuh yang ingin menemukan kebahagiaannya. Berusaha mengubur kisah kelabu yang telah ditulis dalam takdirnya, ia ingin melupakan itu. Namun, seberapa kuat ia berlari sekuat...