47. Tembak

123 8 0
                                    

Tiga remaja tanggung itu berdiri di depan sebuah bioskop di salah satu mall. Aqhela terkekeh melihat penampilan kedua lelaki itu. Ini permintaannya.

"Seriusan harus pake ini?" tanya Dika.

Aqhela mengangguk mantap, ia melihat foto di Instagram Dika. Lelaki itu berfoto menggunakan topi beruang yang lucu. Membuat otak Aqhela langsung dihinggapi ide jail.

"Lucunya!" Aqhela mencubit pipi kanan Dika. Membuat lelaki itu mengaduh.

Ia lalu menatap Andre yang balik menatapnya. Lelaki itu geleng-geleng kepala tak habis pikir, hal itu malah memantik Aqhela kembali tertawa.

Gadis itu tahu kebiasaan buruk Andre memakai baju terbalik di rumah. Ia ingin lelaki itu menggunakan baju terbalik untuk menemaninya nonton Doraemon. Sesekali jadi pusat perhatian tidak akan membuat mereka mati, bukan?

Mereka memasuki gedung bioskop, mengambil duduk di tempatnya masing-masing. Andre bertugas membawa popcorn dan Dika membawa minumannya. Aqhela merasa diperlakukan seperti tuan putri di sini. Ternyata seru juga jalan bareng cowok-cowok. Mungkin, ini akan terus berlanjut.

Ia menyuap satu dua popcorn ke mulutnya. "Setelah ini kita makan siang ya."

"Oke, pokoknya hari ini suka-suka Aqhela lah," ujar Dika.

Gadis itu terkekeh.

Aqhela senyam-senyum sendiri menonton film yang sedang terputar, ia jadi ingat kenangannya tiap pagi sewaktu kecil. Ayahnya selalu menyempatkan barang beberapa menit untuk menemaninya menonton Doraemon. Lalu, dibujuk manja untuk mandi siap-siap ke sekolah.

Hatinya lega, kini pembunuh itu tak bisa berkeliaran ke sana ke mari. Mata dan fokusnya tak menyatu, hingga tak sadar sudah berada di penghujung film. Tepat di akhir bagian, semua orang bertepuk tangan. Lalu, dengan rapi keluar dari gedung bioskop.

"Mau makan apa, hmm?" tanya Dika saat mereka sudah di luar, berjalan menuju lantai satu tempat makan.

"Umh ... Burger?" usul Qhela. Untung saja dia tak menjawab terserah, bisa-bisa kedua cowok itu cengo karena susah sekali mengartikan kata terserahnya cewek.

"Ya udah."

Mereka memasuki restoran yang menyajikan makanan itu. Duduk di meja paling pojok agar tak harus bertemu dengan banyak orang.

"Biar aku yang pesen." Belum sempat dicegat oleh Dika, gadis itu sudah melesat menuju meja bar tempat memesan makanan. Padahal sudah ia bilang, hari ini ia dedikasikan untuk melayani Aqhela sepenuhnya. Lelaki itu menggeleng. Ia beralih menatap Andre yang lebih kebanyakan diam.

"Lu mikirin apa sih?"

Andre mengangkat kepalanya. Menatap Dika. Menghela napas lelah.

"Saya mau memastikan sesuatu."

Dika mengernyit, tak paham. "Soal?"

"Apa yang terjadi pada hari meninggalnya Della."

Dika menghela napas, mengangguk takzim. Ia pun juga penasaran, setiap kali mendengar nama itu hatinya terasa remuk.

Andre menatap ponselnya, memperkirakan kapan mereka pulang dari sana. Ia harus ke penjara. Menemui salah satu pembunuh ayah Aqhela.

Gadis itu tiba dengan senyum semringah, ia sudah memesan makanan. Ia samakan saja semuanya menu untuk Dika dan Andre.

"Aku lupa nanya tadi mau yang mana, jadi aku samain aja."

Dika mengangguk. "Dibilang nggak usah ngurus ini itu malah semangat banget nyelonong pergi. Hari ini kan suka-suka Aqhela."

Second Love : Aku atau Masa Lalumu!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang