KANGEN PARAH SAMA CERITAKU YANG INI~ JADI AKU BUAT SATU SPESIAL PART. HAPPY READING!
Seperti biasa, mereka sedang belajar bersama membahas soal-soal yang mungkin akan keluar di ujian nasional nanti. Mengingat mereka sudah kelas XII, tidak ada waktu untuk main-main lagi. Mereka harus memikirkan apa yang akan dilakukan ke depannya.
"Akh, melelahkan," keluh Inge. Menurunkan buku latihan soal yang tadi dibacanya."Kalian pada mau kuliah di mana entar?"
Kafe sedang sepi, mereka jadi bisa lebih bebas dan tenang belajar. Aqhela melirik Inge sebentar, lalu matanya melirik Andre dan Dika menunggu jawaban. Di sana juga ada Abil yang lebih banyak meletakkan kepala ke meja daripada membaca buku.
"Gua mau ikut Qhela sih, untung si curut di sebelah gua mau keluar negeri," celetuk Dika. Tentu saja masih berusaha memenangkan hati Aqhela.
Inge memutar bola mata malas. Sedangkan Aqhela terlihat terkejut, mengapa Andre tidak bilang padanya?
"Beneran?" tanya Aqhela pada Andre. Lelaki itu melirik tajam ke arah Dika. Aqhela benar-benar menunggu jawaban.
"Iya." Tanpa basa-basi Andre menjawab.
Entah mengapa jawaban singkat dari Andre itu membuat hati Aqhela mencelos. Kenapa harus keluar negeri? Kalau boleh egois Aqhela benar-benar tidak ingin berpisah.
Wajahnya berubah murung seketika itu juga. Aqhela mengalihkan pembahasan itu sesegera mungkin. "Ini tadi dapatnya gimana sih, Nge?" Menunjuk sebuah soal yang sebenarnya sudah ia pahami.
Lalu menyesap minumannya dengan perasaan tak menentu.
***
Aqhela memilih lebih dulu pulang. Suasana hatinya sedang tidak baik. Ia butuh tempat tenang. Sebenarnya ia tidak benar-benar pulang ke rumah. Melainkan berjalan masuk menelusuri jalan setapak yang kiri kanannya diapit pepohonan. Menuju rumah kaca tepi danau.
Ia meletakkan tasnya di bangku kayu. Lalu berjalan menuju tepian danau. Memunguti beberapa batu kecil dan buah pohon yang sudah terjatuh. Kemudian duduk di sana seorang diri. Ia menghela napas panjang.
"Kenapa perasaanku jadi gini sih?" Aqhela melempar batu kecil itu ke air danau yang tenang dengan gusar. "Kalau mau pergi, ya udah pergi aja! Bukan urusanku."
Melempar sekali lagi, lalu mendumel dan melempar lagi. Begitu seterusnya hingga batu yang ia kumpulkan habis. Hatinya belum saja lega. Ia masih benar-benar gusar dan bingung. Mengapa ia harus merasa seperti itu?
Seseorang tiba-tiba saja duduk di sampingnya. Membuat gadis itu tersadar dari lamunan.
"Andre?" kagetnya.
Seketika Aqhela merutuki dirinya, malu sekali kalau Andre mendengar semua yang ia katakan. Rasanya ia mau menghilang seketika itu juga.
"Sejak kapan ke sini? Ngapain ke sini?"
"Baru aja. Kenapa?" tanya Andre balik. Pertanyaan Aqhela benar-benar aneh. Bukankah ini memang tempat favorit mereka?
"Ah, gitu ya. Enggak apa-apa kok."
Aqhela berdehem menghilangkan sedikit kecanggungan yang ada di sana. Ia fokus melihat air yang cukup keruh di hadapannya. Tidak ada yang membuka percakapan sama sekali. Mereka benar-benar hanya menikmati apa yang ada di hadapan.
"Airnya seperti kehidupan," kata Andre tiba-tiba.
Aqhela menoleh bingung. "Hah?"
Andre masih fokus melihat air. "Kita nggak pernah tahu jelas apa yang ada di dalam sana. Kita nggak pernah tahu di balik ketenangan air ini ada bahaya apa di sana. Seperti hidup, 'kan?"
Aqhela tersenyum lembut. Mengangguk singkat. "Entah gimana nasibku di masa depan."
Gadis itu menghela napas.
"Penuh suprise."
Sekali lagi Aqhela menoleh bingung. Andre hanya tersenyum kali ini.
"Suprise gimana sih?"
"Ya kejutan. Hidup kamu akan berwarna."
Aqhela tertawa meremehkan, menggeleng tak habis pikir. "Sok tau."
Andre mengendikkan bahu. "Saya yang akan bawa kejutan itu."
Penuturan Andre yang tiba-tiba itu membuat Aqhela gelagapan, ia tidak mengerti maksud lelaki itu. "Gimana caranya? Kamu 'kan mau keluar negeri."
Andre terdiam.
"Emang nggak bisa di sini aja?" Akhirnya kata-kata yang sedari tadi ingin ia ungkapkan terlontar.
Andre menatap dengan tatapan yang sulit diartikan. "Kenapa? Takut saya hilang?"
Aqhela mengangguk jujur. Ia tidak ingin kehilangan Andre. Sungguh.
"Harus Pergi, Qhel. Saya juga maunya di sini saja, tapi masa depan bukan tentang saya doang. Ada orang tua, kehidupan impian ... Orang spesial yang benar-benar harus diperjuangkan dan disusun dengan rapi. Hidup bukan cuma tentang diri sendiri."
Aqhela berkedip dua kali. Ia paham, paham betul dengan apa yang dikatakan Andre. Meski paham ia tetap murung, merasa sedih.
Andre meregangkan tangannya. "Kuharap orang spesial itu yang ada di sampingku," gumamnya, kemudian berdiri.
Telinga Aqhela seperti tersambar kata-kata yang ia tidak dengar jelas dari bibir Andre.
"Hmm?" Aqhela ingin memastikan.
"Apa?" tanya Andre balik.
"Tadi aku denger kamu ngomong sesuatu."
Andre menggeleng, tersenyum ganjil.
Aqhela yakin betul ia tidak salah dengar, gadis itu berdiri menghampiri Andre. "Tadi ngomong apa? Coba perjelas!" desaknya.
Andre malah berjalan menjauh, membuat Aqhela makin gencar memintanya mengulangi. Mereka masuk ke rumah kaca. Aqhela mencoba menghalau langkah Andre, tetapi dengan cekatan lelaki itu melewati tubuh Aqhela. Gadis itu tidak menyerah dia mengekori Andre, hingga lelaki itu tiba-tiba berhenti dan membuat Aqhela menabrak punggung lebarnya.
Aqhela sudah akan mengomel kalau saja Andre tidak membalikkan tubuhnya dan membuat wajah mereka begitu sangat dekat. Andre tersenyum, sedangkan Aqhela berubah gugup dan wajahnya bersemu merah.
Pelan-pelan tangan Andre mendekat ke telinga Aqhela, menyelipkan sebuah bunga mawar di sana.
"Bunga mawar yang mekar pertama kali untuk cinta kedua."
Jantung Aqhela berdebar tak karuan, seperti ada yang bertebangan di perutnya. Apakah begini rasanya jatuh cinta?
Andre menjulurkan jari kelingkingnya. "Di masa depan nanti, janji untuk jadi orang spesial buat Andrean Rimal Hadi?"
Aqhela terkekeh. Ia menyambut jari kelingking lelaki itu, kemudian mengangguk riang.
Di tempat semuanya berawal dan berakhir itu, kini ada kisah manis yang baru saja dimulai. Mereka hanya punya harapan kecil di masa depan bahwa hidup akan lebih bahagia.
[BENERAN TIMIT]
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Love : Aku atau Masa Lalumu!
Novela Juvenil[Belum Revisi] [15+] PLAGIAT DILARANG MENDEKAT Sebuah cerita tentang gadis rapuh yang ingin menemukan kebahagiaannya. Berusaha mengubur kisah kelabu yang telah ditulis dalam takdirnya, ia ingin melupakan itu. Namun, seberapa kuat ia berlari sekuat...