35. Truth or Truth

123 7 0
                                    

Semangat pagi. Muda-mudi itu berlarian saling kejar-kejaran menuju bibir pantai. Terlihat sangat bahagia. Ya, ini kesempatan mereka bersenang-senang sebelum besok pulang. Mereka tak bisa lama-lama, ada orang tua yang khawatir di rumah.

Aqhela menyiapkan sebuah tas anyaman, ia ingin memungut kerang-kerang dan membawanya pulang.

"Gimana kalau kita main bola pantai?" saran Abil.

"Setuju." Dika yang berjalan paling belakang memainkan bola yang ada di tangannya.

"Lu ikut, Qhel?" Aurel melirik Aqhela yang masih setia memegangi tasnya.

Gadis itu menggeleng. Ia dari dulu tak suka bermain bola, menghabiskan energi saja.

"Yah, jumlah kita ganji dong!" keluh Inge.

"Saya enggak ikut," sahut Andre. Ia berjalan menuju kursi santai berpayung yang tersedia di sana.

"Ya udah, ayok main." Aurel langsung berjalan ke arah net yang harus dipasang terlebih dahulu. Abil mengambil ujung lainnya dan memasangnya bersama. Dengan gampang Abil dapat mengikat tali net itu, tetapi Aurel malah kesusahan mengikatnya kuat-kuat. Lelaki itu berjalan ke arahnya dan dengan gerakan tiba-tiba membantu Aurel mengikatnya. Ia memegangi tangan Aurel.

Wajah gadis itu bersemu merah, ia yang gelagapan jadi salah tingkah.

"Gini aja masa nggak bisa?" ejek Abil.

Aurel berbalik, ia menepuk jidat Abil keras. "Modus!"

Lalu berjalan menuju bola yang tergeletak, menatap Abil yang memegangi jidatnya kesakitan. Gadis itu melempar bola yang ia pegang, memeletkan lidah berjalan ke arah Dika. Ia tersenyum, lebih tepatnya tersipu.

"Yah, Yang. Harusnya kamu pasangan sama aku," keluh Abil.

"Males, entar kamu modus lagi!" Aurel berseru galak.

***

Aqhela tersenyum lebar, menyisiri pinggir pantai sangatlah menyenangkan. Ia menemukan banyak kerang cantik. Gadis itu memungut sebuah kerang yang cukup besar. Ia menempelkan kerang itu ke telinga, mendengarkan desiran dari dalam kulit kerang itu. Ia bahagia.

Saat gadis itu menoleh ingin kembali karena sudah berjalan terlalu jauh dari teman-temannya ia terkejut mendapati Andre ada di belakangnya.

"Andre?"

"Kamu jalan terlalu jauh."

Aqhela menelisik, ia juga. "Enggak perlu disusul juga kali."

"Maunya begitu, tapi itu berarti saya ingkar janji sama Tante Hanna." Andre berjalan mengekori gadis itu.

Aqhela baru ingat, Bundanya menitipkan ia pada Andre. Padahal ia bisa jaga diri kok, Aqhela tak seceroboh itu akan hilang jika tidak di jaga. Mereka berjalan ke arah teman-temannya yang masih asik bermain bola pantai.

Mata Aqhela membola melihat kerang berwarna pink di dekat garis bermain bola pantai. Ia langsung saja berlari menghampiri kerang itu.

"Qhela, awas!" pekik Aurel.

Sebuah bola mengarah padanya. Aqhela berteriak, menaruh tangannya di depan wajah ....

Namun, ia sama sekali tak merasakan apapun menghantam tubuhnya. Aqhela memberanikan diri membuka mata, ia mendapati Andre berada sangat dekat dari wajahnya. Tatapan mereka bersirobok. Aqhela terpesona dengan mata teduh itu. Sangat mirip dengan mata Ayahnya. Menenangkan.

Second Love : Aku atau Masa Lalumu!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang