Hal yang pertama kali terlintas di benak Aqhela saat memasuki rumah itu adalah rapi. Semua tertata di tempat semestinya. Ada seorang perempuan di sana, Aqhela yakin itu Ibu Andre. Ia tersenyum, ketika perempuan itu menatap ke arahnya.
"Eh, Nak Qhela. Tante seneng banget Andre ngajak teman ke rumah." Riani tersenyum ramah. "Ayo duduk. Tunggu sebentar ya, tante siapkan minuman sama camilan."
Aqhela merasa tidak enak dengan Riani, Aqhela tak ingin merepotkan.
"Saya ganti baju dulu." Aqhela hanya mengangguk, Andre sudah hilang di balik pintu.
Aqhela menatap sekeliling, menatap foto berbingkai yang tergantung di dinding satu-satu. Ia tersenyum, melihat potret keluarga kecil penuh kebahagiaan itu. Lengkap. Ada satu foto yang menarik perhatiannya, ia tersenyum. Betapa bahagianya Andre di foto itu, ia tersenyum lebar dengan seorang gadis cantik dengan senyum yang tak kalah lebarnya. Aqhela tahu itu siapa.
"Della cantik."
"Darimana kamu tahu kalau itu Andella?" Andre sudah ada di sampingnya, menatap tajam dengan wajah dingin.
"Umh ...."
"Tadaaaa, ini dia camilan sama minumnya. Semoga Nak Aqhela suka ya," ucap Riani girang.
"Makasih banyak, Tante." Aqhela bahagia melihat wajah cerah Ibu Andre. Ia sangat baik padanya.
"Ya udah, kalian lanjutin belajarnya. Tante ke belakang dulu ya Qhela cantik!" Riani sudah bergegas, ia bersenandung riang. Riani senang anaknya punya teman setelah sekian lama.
Aqhela berharap Riani segera kembali saja, ia tak tahan dengan tatapan dingin Andre. Sungguh menakutkan.
"Dre, maaf ya soal di kantin tadi." Aqhela membuka suara setelah terjadi keheningan.
"Lupakan," ucap Andre mulai membuka buku. Ia pikir itu sama sekali tak penting. Andre sekarang malah memikirkan darimana Aqhela tahu sosok yang ada di foto itu adalah Andella? Ia terlalu malas untuk menayakan itu. Hal itu pasti akan mengundang pertanyaan lain dari Aqhela.
"Kamu pasti mikirin darimana aku tau kalau di foto itu Della?" tebak Aqhela ia menunjuk foto itu dengan dagu. Ia tersenyum. Andre tak menggubris.
"Aku pernah ketemu sama dia."
Baru saat Aqhela mengucapkan itu, Andre menoleh. Melayangkan tatapan bertanya 'di mana'?
Aqhela tersenyum lagi. "Di mimpi."
Andre membuang muka, ia tersenyum miring. "Omong kosong." Ia berpikir gadis ini pasti hanya mengarang saja.
Aqhela mengernyit. "Kenapa?"
"Lupakan."
Hening.
Aqhela merasa cowok yang duduk di sampingnya saat ini seolah melapisi diri dengan tembok tak kasat mata, begitu jauh dan tak terjamah. Setelah hening beberapa saat, mereka hanya berbicara seputar tugas saja. Aqhela merasa bersalah, mungkinkah ia terlalu ikut campur?
***
'Besok biar saya sendiri yang kerjain.'
Ucapan Andre sebelum ia pulang terus terngiang di kepalanya. Aqhela membenamkan wajahnya ke bantal. Cukup geram dengan dirinya sendiri yang asal bicara. Ya ampun, pasti Andre marah besar hingga bilang seperti itu. Aqhela merasa ingin menghilang saja dari bumi. Adakah alien yang mau menculiknya? Pikiran gadis ini mulai ngawur.
"Aku kenapa sebodoh ini sih?" Rasanya ia ingin menangis, tetapi percuma. Andre sudah banyak membantunya, mestinya ia tahu diri. Ia tak perlu kepo atau apalah itu, ia harusnya cukup diam saja. Jadi gadis baik yang tidak menjengkelkan di mata Andre.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Love : Aku atau Masa Lalumu!
Fiksi Remaja[Belum Revisi] [15+] PLAGIAT DILARANG MENDEKAT Sebuah cerita tentang gadis rapuh yang ingin menemukan kebahagiaannya. Berusaha mengubur kisah kelabu yang telah ditulis dalam takdirnya, ia ingin melupakan itu. Namun, seberapa kuat ia berlari sekuat...