15. Tengkar

179 17 0
                                    

Andre melajukan sepeda tanpa tempat tujuan. Ia ke sekolah, tetapi gadis itu tak ada di sana. Baru kali ini ia mengkhawatirkan seseorang selain keluarganya. Ia memutuskan untuk menelepon Aurel.

"Halo?" jawab orang di seberang sana.

"Aqhela ada sama kamu?" tanya Andre langsung to the point.

"Hah? Maksudnya? Ya enggaklah."

"Ya sudah." Andre sudah akan memutuskan panggilan. Namun, dicegat oleh Aurel.

"Eh, memangnya Qhela ke mana?" Nada bicaranya terdengar khwatir.

Andre menghela napas langsung memutuskan panggilan. Malas menjelaskan dan terpenting sekarang ia harus menemukan Aqhela.

Ia mengayuh sepeda memasuki hutan lewat jalan setapak. Ia sudah kehabisan ide soal tempat-tempat yang mungkin dikunjungi gadis itu.

Ia memarkirkan sepeda sembarangan, lantas berlari menuju tepi danau. Mengedarkan pandangan berharap menemukan gadis itu.

"Qhela!" panggilnya kalap. Ia frustrasi.

"Qhela!" Tak ada sahutan.

Ketakutan itu menyerang setelah sekian lama. Dadanya bergemuruh, otaknya dihujam memori kelam. Ia tak mau itu terjadi lagi.

"Qhel, kamu di mana?" Andre terduduk lelah. Menunduk dalam mencoba mengendalikan pikirannya.

"Andre?"

Cepat-cepat Andre menoleh. Ya, itu gadis yang ia cari sedari tadi. Andre bangkit menghampiri. Mencengkram lengan Aqhella.

"Dari mana saja kamu, hah?!"

"A-aku, hanya di sini saja." Aqhela menunduk. Apakah dia melakukan kesalahan? Hingga wajah Andre berubah jadi menyeramkan seperti ini.

"Kenapa?" Andre mencoba meredam amarahnya. Napasnya tak teratur. Cengkramannya makin kuat membuat Aqhela meringis.

"Andre, kamu kenapa sih!" Ia menepis tangan Andre.

"Kamu yang kenapa!" Andre berteriak.

Aqhela terdiam. Mengapa ia seperti ini?

"Aku nggak perlu izin kamu untuk ke tempat ini," ucap Aqhela dengan sisa keberaniannya. Matanya sudah berkaca-kaca, kaget karena dibentak.

"Kamu sama sekali tidak mengerti, Qhel." Andre menatap nyalang, menggenggam lengan Aqhela ingin segera pergi membawanya pulang.

"Gimana aku bisa ngerti!"Aqhela melepaskan genggaman Andre. "Kamu sama sekali nggak pernah menjelaskan sesuatu sama sekali."

"Aku nggak pernah bisa ngerti kamu karena kamu sendiri nggak ngasih kesempatan buat aku, Ndre!" teriak Aqhela.

"Kenapa kamu marah? Apa yang aku perbuat, hah? Aku nggak pernah tau apa mau kamu, Ndre. Kemarin kamu terganggu sama kehadiran aku, sekarang kamu perhatian, terus marah-marah nggak jelas. BESOK APALAGI!

"Sebenernya kamu mau aku menjauh atau gimana. Aku bingung, Ndre!" Air mata Aqhela luruh, ia sudah mengeluarkan unek-uneknya selama ini. Ia lelah.

Andre terdiam cukup lama. Mencerna kata demi kata ucapan gadis itu.

"Andella meninggal di sini," cicit Andre.

"Hah? Ma-maksudnya?" Aqhela mendengarnya dengan jelas. Namun, ia ingin memastikan.

Andre tak mempedulikan pertanyaan Aqhela. Ia berjalan menuju sepedanya. Aqhela mengejar, ia butuh penjelasan. Jadi, Andella sudah meninggal?

"A-Andre. Maaf," lirik Aqhela. Namun, cowok itu sama sekali tak menanggapinya. Ada banyak pertanyaan yang butuh jawaban di benak gadis itu. Namun, ini bukan waktu yang tepat untuk melontarkannya.

Second Love : Aku atau Masa Lalumu!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang