23. Menyusup

118 9 0
                                    

Berjalan dengan perasaan hampa itu sama sekali bukan kehendak seorang Aqhela, sepanjang hari ia sama sekali tak fokus mengikuti pelajaran hingga jam pulang sekolah. Ia berjalan di koridor bersama dengan Aurel dan Inge saat Dika muncul entah dari mana.

"Yuk!" Ia menarik tangan Aqhela.

"Eh ... Main tarik aja lu. Mau lu bawa ke mana sahabat gua?" Aurel berseru galak.

"Mau gua anterin pulang lah!" balas Dika.

Aurel menatap sengit, sedikit tak percaya. Aurel memang penuh curiga, sedikit membuat Aqhela merasa resah. Apalagi kalau dia bertanya ini itu yang sebenarnya tak ingin dibagi Aqhela. Dika pun tahu karena ketidaksengajaannya sewaktu panik mengejar pembunuh ayahnya.

Dika langsung saja menarik tangan gadis itu, menuntunnya menuju parkiran. Di sana juga ada Andre yang sudah akan mengayuh sepedanya. Ia sama sekali tak menatap Aqhela, membuat gadis itu sedikit heran.

"Andre kenapa?" gumamnya.

"Hah?" tanya Dika yang tak mendengar jelas perkataan Aqhela.

Gadis itu menggeleng, tersenyum singkat.

"Mau langsung pulang, 'kan?" tanya Dika saat sudah memasangkan helm ke kepala gadis itu. Aqhela terdiam.

"Qhel?"

"Antar aku ke suatu tempat ya!" Aqhela langsung naik ke boncengan. Ia menggigit kukunya gugup.

***

"Kita mau ke mana?" teriak Dika yang suaranya terbawa angin.

"Terus aja, Dik. Nanti ada gedung biru berhenti di sana."

Dika menuruti perkataan gadis itu, ia melajukan motor dengan cepat. Dika langsung memarkirkan motornya. Ia mengernyit, mau apa mereka di sana?

"Mau ngapain di sini?" Dika membantu Aqhela melepas helm-nya. Terlalu banyak tanda tanya sedari tadi.

Gadis itu kehilangan energi, ia menatap lurus ke area parkiran itu-tempat ayahnya diculik. Napasnya menderu, bibirnya gemetar. Kilas balik kejadian itu menghantam kepalanya secara brutal.

"Qhel?" Dika mencengkeram bahu gadis itu. "Kamu enggak apa-apa?"

Setelah bisa menguasai dirinya kembali. Ia lantas menatap mata lelaki itu. "Rencananya, kamu harus bisa menyusup masuk ke ruang kontrol CCTV. Letaknya di lantai satu lorong kedua sebelah kiri tangga bagian paling ujung. Cari rekaman tiga tahun lalu tanggal lima belas Juni."

Dika berusaha menyimak ucapan gadis itu agar semua rencananya lancar. Kini ia tahu maksud gadis itu mengajaknya ke sini.

"Jangan sampai ketahuan. Kalau sudah, tunggu aku di sini. Aku mau menemui seseorang."

Dika mengangguk. Ia akan berusaha semaksimal mungkin.

Mereka berjalan menuju pintu masuk, seorang resepsionis langsung menyambutnya ramah. Aqhela tersenyum, sudah lama ia tak melakukan ini setelah tiga tahun lalu.

"Halo, ada yang bisa saya bantu?" sapanya ramah.

"Aku mau ketemu sama Om-ku, Pak Bram,"jelas Aqhela.

"Sebentar ya." Resepsionis itu lalu menelpon, setelah beberapa detik berbicara ia lalu mematikan sambungan. Kembali beralih pada dua manusia yang menggunakan seragam putih abu-abu itu.

"Pak Bram mempersilakan, langsung ke lantai tiga ruang audit ya, Mbak."

Aqhela mengakhirinya dengan senyuman. Ia berjalan menuju tangga. Aqhela memberi isyarat lewat mata pada Dika. Lelaki itu mengangguk lalu berbelok ke sana. Sedangkan, Aqhela sudah menapakkan kaki ke tangga. Ia tidak menggunakan lift, saat ayahnya masih kerja di sini ia dengan senang hati berlarian melewati tangga dan mengetuk tak sabaran ruangan kantor ayahnya. Lalu mengajak lelaki paruh baya itu mentraktirnya ice cream di cafe depan kantor.

Second Love : Aku atau Masa Lalumu!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang