Seberapa kerasnya Andre mencoba untuk tak mendekati Aqhela, tetap saja ada hal-hal tak terduga membuatnya malah semakin dekat. Ia tak membenci, hanya saja ia ingin hidupnya seperti hari biasanya. Damai, monoton, dan tak terjamah oleh orang lain.
Andre berada di halaman rumah, tangannya sibuk membetulkan sepeda yang rusak. Mumpung hari Minggu, ia lebih baik membetulkan sepeda daripada ke pasar dengan Ibu. Sungguh itu bencana. Ia tak suka menemani Ibunya ke pasar, apalagi kalau harus keliling.
Adiknya? Tentu saja sudah keluar bermain bersama temannya. Tipikal anak yang tak bisa diam di rumah. Bertolak belakang dengan Andre.
Andre melirik rumah tetangganya itu. Sudah sepagi ini belum ada orang yang keluar dari sana. Tak lama, pintu rumah yang tadinya Andre perhatikan terbuka. Cepat-cepat ia memalingkan wajah, sok sibuk membetulkan sepeda.
Aqhela keluar ke teras, ia meregangkan lengannya. Mulutnya sesekali menguap. Aqhela melirik Andre, ia tersenyum melihat Andre yang sibuk.
"Qhela sayangnya Bunda, yuhuuu." Bundanya berseru riang keluar dari rumah.
"Ada apa, Bundaku sayang?" Aqhela terkekeh geli. Dirinya langsung memeluk Hanna.
"Bentar lagi sepeda pesanan kamu sampai. Tadi Bunda habis telpon orang yang nganter katanya dia udah deket." Hanna mengecup sayang kening Aqhela.
"Makasih, Bunda."
"Ya udah, kita sarapan dulu yuk!" Aqhela mengangguk, Hanna merangkulnya masuk ke rumah.
Andre melirik kembali rumah itu. Ia hanya menyimak pembicaraan kedua perempuan tersebut. Sejak kapan ia sekurang kerjaan begini?
***
Aqhela sangat antusias belajar naik sepeda. Ia takjub dengan sepeda yang dibelikan bundanya itu. Berwarna merah muda dengan boncengan di belakangnya. Terlihat cewek sekali.
"Bunda! Qhela suka banget." Hanna tersenyum senang.
"Yuk! Bunda ajarin."
Aqhela kini siap mengayuh sepedanya. Bundanya memegangi dari belakang agar keseimbangannya terjaga. Baru beberapa kali mengayuh, Aqhela sudah tak bisa mengendalikan sepedanya. Untunglah Hanna sigap memegangi sehingga Aqhela tak jatuh mencium tanah.
Ponsel Hanna berdering. "Bentar ya, Sayang. Bunda angkat telepon dulu." Hanna menjauh. Ia masuk ke rumah tergesa-gesa.Aqhela memperhatikan bundanya, ia tersenyum saat Hanna keluar dari rumah. Namun, ia menenteng tas kerjanya.
"Maaf ya, Sayang. Bunda harus ke kantor sekarang." Hanna menatap penuh penyesalan.
"Tenang aja, Bunda. Qhela ngerti kok," ucap Aqhela tersenyum paksa.
Hanna mengecup keningnya, lalu berlalu menuju garasi untuk mengambil mobil. "Jangan tungguin Bunda pulang, ya!"
"Siap, Bunda," teriak Aqhela tatkala mobil itu melaju menjauh. Ia menghela napas.
"Coba aja ayah ada di sini. Pasti dia yang bakal ngajarin Qhela naik sepeda." Aqhela menatap sepedanya sedih. "Tapi, aku bisa belajar sendiri kok. Semangat!"
Aqhela kembali menaiki sepedanya. Mengayuhnya perlahan, tetapi belum sejengkal saja keseimbangannya langsung goyah. Aqhela terjatuh ditimpa sepeda.
Andre yang melihat itu sontak berdiri, ingin menghampiri dan menolong. Namun, hati dan pikiran kadang tak sinkron. Ia memutuskan masuk ke rumah, meninggalkan Aqhela yang kesakitan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Love : Aku atau Masa Lalumu!
Fiksi Remaja[Belum Revisi] [15+] PLAGIAT DILARANG MENDEKAT Sebuah cerita tentang gadis rapuh yang ingin menemukan kebahagiaannya. Berusaha mengubur kisah kelabu yang telah ditulis dalam takdirnya, ia ingin melupakan itu. Namun, seberapa kuat ia berlari sekuat...