Tak ada yang lebih menyenangkan selain membaca buku dengan tenang. Andre selalu menyukai itu. Alasannya berangkat pagi simple saja, ia ingin menemukan ketenangan. Barulah lima belas menit sebelum jam pelajaran pertama dimulai siswa-siswa datang satu persatu.
Ia melihat gadis dengan senyum menawan itu. Jujur saja, Andre kadang tenggelam akibat terpesona dengan senyum Aqhela. Mirip senyum seseorang.
Seperti biasa, gadis itu ditemani sahabatnya—Aurel. Tak berapa lama siswa-siswa berdatangan, guru bahasa Indonesia itu masuk mengisi jam pertama."Pagi anak-anak," sapanya monoton seperti biasa. Rata-rata guru pasti memulai pelajaran seperti itu.
"Pagi, Bu," jawab mereka serempak.
"Sebelum Ibu memulai materi, Ibu akan mengacak teman sebangku kalian terlebih dahulu." Guru bahasa Indonesianya itu mulai mengatur tempat duduk. Andre tentu menunggu teman sebangkunya.
"Aqhela Citra Kiana, bisa pindah ke samping Andre?"
Andre menatap lurus, cobaan apa lagi ini? Sudah cukup kemarin ia seharian bersama gadis yang menurutnya ceroboh itu. Aqhela sudah berada di sampingnya.
Meletakkan buku-buku di meja, ia melirik Andre yang tak memberi respons apa pun.
***
Aqhela sebenarnya ragu, ia tahu Andre pasti tak suka ini. Terlihat jelas dia tak memberi respons apa pun.
Terdengar kekacauan di belakang sana. Aurel tak terima ia sebangku dengan Abil, bisa-bisa cowok berandalan itu hanya jadi beban.
"Bu, saya nggak mau sebangku sama biang kerok ini." Aurel menunjuk-nunjuk wajah Abil. Aqhela cekikikan melihatnya.
"Lu pikir gua juga mau sebangku sama cewek mulut rombeng kayak lu!" Abil menepis tangan Aurel yang berada tepat di depan wajahnya.
"Aurel, Abil! Keputusan Ibu nggak bisa diganggu gugat."
Puas menonton pertengkaran kecil-kecilan itu. Aqhela melirik Andre, ia jadi tidak enak sendiri. Entah pikiran dari mana datangnya Aqhela berniat bertukar pasangan dengan Aurel.
"Bu, biar saya tukaran aja sama Aurel," ucap Aqhela."Ekhem, rumah kita dekat. Jadi, gampang kerjain tugasnya. Enggak usah ganti." Aqhela membulatkan mata. Ralat, bukan hanya dia yang terkejut, tetapi seisi kelas pun dibuat tak percaya. Benarkah yang berbicara sepanjang tadi itu Andre?
Aqhela segera mengembalikan kesadarannya. Sesaat kelas hening kembali gaduh, masih soal pasangan sebangku.
"Beneran nggak apa-apa?" tanya Aqhela memastikan.
"Hmm." Andre kini sudah sibuk membolak-balikkan buku paketnya. Aqhela tersenyum samar, dia pikir Andre keberatan.
"Oke anak-anak, teman mengerjakan tugas kalian adalah teman sebangku kalian saat ini. Ibu mau, kalian menganalis unsur-unsur intrinsik sebuah cerpen. Terserah kalian cerpen karya siapa.
"Ibu kasih waktu seminggu. Jangan lupa ditulis dengan tangan ya, itu jadi nilai plus. Ingat, jangan ada tulisan yang disingkat-singkat. Kumpulkan dalam bentuk kliping, paham?" jelas Ibu Kusdari panjang lebar.
"Paham, Bu."
"Nah, sekarang buka halaman 21. Baca terlebih dahulu, nanti Ibu jelaskan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Love : Aku atau Masa Lalumu!
Teen Fiction[Belum Revisi] [15+] PLAGIAT DILARANG MENDEKAT Sebuah cerita tentang gadis rapuh yang ingin menemukan kebahagiaannya. Berusaha mengubur kisah kelabu yang telah ditulis dalam takdirnya, ia ingin melupakan itu. Namun, seberapa kuat ia berlari sekuat...