36. Pencuri

97 4 0
                                    

"Kok bisa?" Aurel tampak terkejut. Matanya membola.

"Ya udah deh, terpenting segera ke rumah sakit." Aurel memutus panggilan, wajahnya tampak khawatir.

"Kenapa, Rel?" tanya Aqhela ikut khawatir.

"Supir Papa kecelakaan pas mau berangkat ke sini," jawabnya dengan keluhan.

Lalu, bagaimana cara mereka pulang?

"Terus cara kita pulang gimana?" tanya Inge kemudian.

"Gua tahu." Seulas senyum menghiasi wajah Dika. Telunjuknya bergerak menunjuk ujung jalan.

"Bis wisata?" gumam Aqhela.

Mereka tersenyum bahagia, pasti seru jika melakukan perjalanan dengan bis. Mereka berlari sebelum bis itu penuh. Untung saja masih ada bangku kosong.

Dika menyimpan tasnya di tempat penyimpanan barang yang berada tepat di atas kepala penumpang. Ia tersenyum ramah saat Aqhela berjalan ke arahnya.

"Qhel—"

"Gua duduk di sini ya, Dik?" Inge entah datang dari mana langsung duduk di bangku samping Dika. Lelaki itu hanya bisa pasrah, padahal ia ingin mengajak Aqhela.

Gadis itu memilih duduk di kursi yang berada di tengah-tengah. Tak ada kursi kosong lagi selain di samping Aqhela, ia terpaksa duduk di sana.

Aqhela yang tadinya menatap keluar ke jendela menoleh, mendapati Andre di sana.

Bis berangkat, bersamaan dengan musik yang bergema. Meramaikan suasana di dalamnya. Sedikit menghibur.

Belum berapa ratus meter bis bergerak, Aqhela merasakan sebuah kepala bersandar di bahunya. Ia menoleh, apakah Andre tertidur? Gadis itu memegang kepala Andre. Ia membelalak, suhu tubuh lelaki itu tinggi.

Ingatannya mengulang kejadian tadi malam. "Apa karena nyebur semalam?"

Aqhela jadi merasa tak enak. Ia menjaga kepala Andre tetap di bahunya. Kasihan.

***

Teman-temannya sudah turun di tempat tujuan masing-masing, hanya tinggal Aqhela, Dika, dan Andre. Dika sendiri tidak turun tepat saat bis melewati rumahnya, kata lelaki itu ingin memastikan Aqhela pulang dengan selamat.

Akhirnya sampai juga. Aqhela menepuk pelan wajah Andre.

"Hmm?" Andre tersadar.

"Udah sampai."

Dika beranjak dari kursinya, duduk di samping kursi Andre dan Aqhela. Gadis itu membereskan barangnya, Dika membantu Aqhela menurunkan tasnya. Bahkan membantu membawakan turun dari bis karena Andre sendiri kelihatan sangat lemas.

"Bye-bye, Dik!" Aqhela melambaikan tangan pada Dika.

"Biar saya antar masuk," cicit Andre yang suaranya pun hampir hilang.

"Enggak apa-apa, bisa sendiri kok." Aqhela ingin mengambil alih tasnya, tetapi langsung dicekal oleh Andre. Mereka berjalan beriringan ke rumah.

Tepat saat Aqhela berada di ambang pintu, ia membelalak menyaksikan keadaan rumahnya. Tak terkecuali Andre, juga terkejut.

"Bunda!" teriak Aqhela berlari panik masuk ke rumah.

Bis yang sudah akan berangkat dihentikan oleh Dika saat lelaki itu melihat Aqhela yang berseru panik. Ia langsung turun dari sana. Berlari menghampiri Andre.

Second Love : Aku atau Masa Lalumu!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang