36 - Boleh nggak?

9.5K 1.7K 1.2K
                                    

Assalamualaikum teman-teman semua. Selamat malam.  Bagaimana kabarnya? Semoga sehat selalu ya. 

Finally, PLAY IT dan SIPA kembali buat kalian setelah hiatus lama. 

Kami selaku admin HFCREATIONS  dan Author SIPA minta maaf sebesar-besarnya ya, karena sudah membuat para pembaca PLAY IT menunggu sangat lama. 

Insyaallah mulai sekarang kami usahakan PLAY IT akan kembali update rutin dua atau tiga kali dalam seminggu ya. 

Minta doanya biar author SIPA selalu sehat dan diberi kelancaran dalam menulis Amin. 

SIAPA NIH YANG UDAH NGGAK SABAR BACA PLAY IT?

PALING KANGEN SAMA TOKOH SIAPA DI PLAY IT?

Semoga kalian semua selalu setia baca PLAY IT dan selalu suka PLAY IT yaa. 

Makasih banyak semuanyaa. Dan, selamat membaca PLAY IT ^^

*****

Hani memberikan sentuhan terakhir pada bibir mungilnya dengan lip-balm The Body Shop. Kedua sudut bibir Hani terangkat, membentuk lengkungan hangat. Hani tersenyum puas menatap pantulan dirinnya di kaca. Ia mengenakan gaun merah maroon selutut.

"Cantik," ucapnya memberikan semangat untuk dirinnya sendiri.

Setelah itu Hani segera memakai sepatu Nike warna putihnya dan mengambil Tas Guess berwarna putih juga. Hani pun keluar dari kamarnya, memilih menunggu Zaki menjemputnya di ruang tamu.

*****

Bani bersiul-siul dengan jemari kananannya memutar-mutar kunci mobil. Bani langsung menegakkan tubuhnya ketika melihat Hani yang berjalan menuju ruang tamu.

"Wih, bendera berjalan, merah dan putih. Harus hormat dulu nih," ucap Bani bersiap berdiri.

Hani menghentikan langkahnya, memberikan lirikan maut kepada sang Kakak. Bani yang akan mengangkat tangan kanannya langsung ia urungkan, bibirnya memberikan cengiran tak berdosa.

"Ayo," ucap Bani penuh semangat.

Hani mengerutkan keningnya, bingung.

"Ayo kemana?"

"Lo mau kemana?" tanya Bani balik.

"Gue tanya malah lo tanya balik, Bang," gemas Hani.

Bani menghela napas pelan.

"Mau ketemu Zaki kan?" tanya Bani.

Hani mengangguk kecil. "Iya."

"Yaudah, ayo."

"Emang Abang tau restorannya?" tanya Hani masih bingung.

"Tau-lah."

"Darimana?"

"Zaki."

"Kok bisa?"

Bani mulai kehabisan kesabaran.

"Satu jam lalu Zaki nelfon gue, nyuruh gue buat anter lo ke Royal Garden, katanya mau nyatain cinta ke lo, mau ngajak lo pacaran. Gue harus anter calon pacarnya sampai kesana dengan selamat! Kurang lengkap Han?"

Hani mengangguk malu-malu, pipinya terasa mendadak hangat.

"Ayo berangkat," ajak Bani tak mau berlama-lama.

Hani pun segera mengikuti Bani yang duluan keluar dari rumah. Hani merasakan detakan jantungnya semakin cepat. Ia semakin penasaran dan tak sabar. Apa yang sudah Zaki siapkan untuknya.

PLAY ITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang