TIGA
****
"Kak Zaki,"
"Kenapa?"
Mata Hani saling berpandangan lekat dengan cowok di hadapannya. Cowok yang memanggilnya, cowok yang menanyainya. Mereka saling bertatap untuk waktu yang lama.
Hani tersenyum kecil, mengetahui sesuatu. Ia menemukannya! Ia menemukan sang Ketua Osis itu. Zaki Bahran Zabran.
Hani mengumpulkan semua keberaniannya, kemudian menyodorkan kertas tanda tangannya tanpa ragu.
"Kak Zaki boleh minta tanda tangannya?"
Hani menggerakan kepalanya ke arah jam 1, melontarkan pertanyaan ke cowok berkacamata yang sedari tadi diam tak membuka suara di sebelah cowok yang meyahuti panggilan-nya.
Raut wajah kedua cowok itu langsung berubah drastis, seperti maling yang tertangkap basah. Hani tersenyum kemenangan. Dugaanya benar.
Cowok dihadapannya bukanlah Zaki, dia hanya mengaku-ngaku dan berusaha untuk untuk menyelamatkan cowok disebelahnya agar tidak ketahuan identitas aslinya. Hani sendiri masih sedikit ingat wajah foto Zaki tanpa kaca mata.
Keheningan dan ketegangan yang bercampur terjadi beberapa menit, sampai akhirnya kertas Hani ditarik oleh cowok berkaca mata tersebut.
"Zak, lo serius?" cegah cowok disebelah.
Zaki tersenyum kecil tanpa berkata apapun. Zaki menatap Hani sebentar.
"Nama lo siapa?" tanya Zaki tanpa menghilangkan senyumnya.
Hani mematung ditempat, senyum itu mentransfer energi aneh ke tubuh Hani. Seolah banyak kupu-kupu berterbaangan di kepalanya sekarang. Senyum yang sangat manis.
"Hei."
Hani tersadarkan dan sedikit linglung.
"Kenapa Kak?" tanya Hani cepat.
"Nama lo siapa?"
"Hani pakai "i" nggak pakai "y"," jawab Hani dengan lugunya.
"Oh."
Hani bersorak senang dalam hati, drama tanda tangan ini akan berakhir sebentar lagi. Hani sangat bangga dengan isi otaknya yang cemerlang.
"Lo tau kan..."
Suara Zaki berubah serius dan menggantung, membuat Hani mendadak gugup dalam sekejap. Hani menunggu saja lanjutan kalimat tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
PLAY IT
Teen FictionMari mainkan lagumu dan baca kisahmu. Hari ini aku akan mengiburmu Dengan sebuah cerita yang sangat ringan Tentang hati yang mencintai dia Tentang hati yang mengerti akan terluka Namun, tetap mempertahankannya. Bermain dengan hatiku da...