9 - Pendaftaran Osis

35.4K 3.8K 461
                                    


SEMBILAN


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


*****

Pelajaran Kimia di kelas Hani sudah dimulai sejak tiga puluh menit yang lalu, Bu Lilis menuliskan listmateri yang akan dipelajari siswi kelas X – 5 selama satu semester ke depan. Hani melirik ke Lili, gadis itu mencatat dengan semangat.

Hani memakluminya, sindrom murid baru ya begini. Lihat saja tiga bulan kemudian, masih semangatkah nih bocah nulis seperti ini?

Tulisan di rapi-rapiin, kecoret dikit sobek, nggak simetris dikit bakar buku. Sungguh menakjubkan kau Lili.

Hani melihat ke depan, memastikan bahwa Bu Lilis masih fokus menulis di depan sana. Heran sih sebenarnya Hani dengan Bu Lilis, jaman sudah secanggih ini kenapa masih menulis di Papan. Padahal ada laptop dan proyektor disana?

Hani berusaha memaklumi sekali lagi, namanya juga Guru yang katanya sudah megabdi lama di SMA ini, mungkin masih ingin mengajar dengan tema tempoe doloe. Hani hargai itu.

Setelah yakin Bu Lilis tidak akan berbalik ke balakang, Hani menyenggol lengan Lili.

"Li," panggil Hani dengan suara sangat lirih.

Lili menoleh ke samping, mengernyitkan kening.

"Apa?" bingung Lili.

"Gue mau cerita."

Lili menatap ke depan sebentar, memastikan bahwa mereka berdua akan aman untuk berbincang sebentar. Setelah memastikannya, Lili kembali menoleh ke Hani.

"Apa?"

"Gue semalam habis nonton film bagus dan bikin baper," ucap Hani semangat masih dengan suara lirihnya.

"Film apa?"

"Judulnyacrazy little things called love. Sumpah bikin baper, nangis dan campur aduk," curhat Hani tiba-tiba. Memang benar, semalam dia menonton film itu dengan kakaknya. Padahal dia sudah menontonnya lebih dari lima kali dan tetap saja baper.

"Itu mah film lama, gue juga udah nonton," balas Lili.

"Pingin gue jadi ceweknya, Si Nam. Disukain kakak kelas," curhat Hani.

"Tapi kan bukan Kak Sone, kakak kelas yang dia suka," sahut Lili cukup ingat dengan nama pemain-pemain di film itu.

"Iya juga sih," Hani mengangguk singkat. "Tapi kan yang penting disukain kakak kelas ganteng," lanjutnya masih berusaha ingin memenangkan pendapatnya.

PLAY ITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang