Mari mainkan lagumu dan baca kisahmu.
Hari ini aku akan mengiburmu
Dengan sebuah cerita yang sangat ringan
Tentang hati yang mencintai dia
Tentang hati yang mengerti akan terluka
Namun, tetap mempertahankannya.
Bermain dengan hatiku da...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
*****
Hari minggu tiba, waktunya diklat (LDK) calon-calon anggota OSIS baru. Semua peserta diklat akan menuju ke puncak pagi ini. Mereka diharuskan sudah berkumpul di sekolah dan menaiki Bus sebelum jam 7 pagi.
Sejak tiga hari kemarin, Hani memilih untuk tidak bertemu dengan Zaki, ketika melihat wajah cowok itu dari jauh Hani memilih tidak mendekat, ia masih ingin memperbaiki hatinya.
Dan syukurlah, hari ini hatinya sudah lumayan sembuh walau masih cukup berbekas. Hani berusaha untuk bersikap biasa saja walau nyatanya pasti sangat susah.
Hani masuk kedalam bus yang sudah disediakan, sudah sangat ramai. Hani mencari tempat duduknya. Lili melambai-lambaikan tangan ke arahnya. Hani segera mendekati Lili.
"Lah ngapain si Ucup duduk disini?" tanya Hani baru menyadari keberadaan Roy yang duduk disebelah Lili. Pasalnya, kursi tersebut adalah tempat duduknya.
"Hani jangan panggil Kak Roy Ucup!" kesal Lili.
Hani mengangkat kedua bahunya, belagak bodoh amat.
"Pindah sana ke kursi lo Kak!" usir Hani.
Roy memberikan wajah memelas.
"Tukeran dong Han kursinya, gue pingin sebelahan sama Lili," pinta Roy.
"Kek pengantin baru aja lo berdua kemana-mana harus bareng terus!" kesal Hani. "Ogah! Balik ke kursi lo Kak!"
Suara Hani yang cukup lantang membuat beberapa orang di bus tersebut langsung memandang ke arahnya. Hani dan Roy kini menjadi perhatian siswa dan siswi di Bus.
"Lo nggak mau kah satu kursi sama Zaki?" ucap Roy dengan suara yang sangat lirih.
"Nggak! Gue nggak mau!" tolak Hani cepat.
"Sekali aja Han, masak lo nggak kasihan sama gue?"
"Gue cuma kasihan sama anak yatim dan anak terlantar. Kalau lo mah bodo amat gue!"
"Tega lo Han!"
Roy menoleh ke Lili, seolah meminta bantuan. Lili pun beraksi, menangkupkan dua tangannya, memohon ke Hani.
"Han, mau ya. Demi gue," rajuk Lili.
Hani mendesis kesal, ingin mengumpat rasanya. Pagi-pagi moodnya sudah hancur gara-gara Gule Ayam dan Gule Kambing.
"Lo berdua bis..."
Hani belum menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba sebuah tangan menariknya. Hani cukup kaget dan bingung, namun kakinya tertarik mengikuti seorang cowok di depannya.