Mari mainkan lagumu dan baca kisahmu.
Hari ini aku akan mengiburmu
Dengan sebuah cerita yang sangat ringan
Tentang hati yang mencintai dia
Tentang hati yang mengerti akan terluka
Namun, tetap mempertahankannya.
Bermain dengan hatiku da...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Assalamualaikum. Hallo semuanya. Maaf banget ya Play It baru bisa balik lagi. Semoga semuanya masih setia nungguin yaa dan selalu suka dengan Play It ^^
Udah kangen banget nggak nih sama Play It ^^
Semoga suka ya dengan part ini ^^
Selamat membaca ^^
****
Zaki mempercepat laju motornya, yang ada dipikirannya saat ini adalah dia harus bertemu dengan Hani. Zaki sangat sadar bahwa dia telah melakukan kesalahan yang fatal ke Hani. Zaki juga yakin, Hani pasti sangat marah kepadanya.
Zaki tidak memiliki cara bagaimana ia harus meminta maaf ke Hani, Zaki juga tidak yakin apakah Hani akan memaafkannya. Yang terpenting ia bisa melihat Hani, berdiri di depan gadis itu dan segera meminta maaf kepada gadis itu.
****
Hani menuruni tangga, ia baru saja ke balkon lantai dua, untuk menenangkan pikirannya. Setidaknya menikmati langit yang cerah bisa mengurangi amarahnya.
"Bi Ram, ada yang mau Hani sampaikan," ucap Hani ke Bi Ram yang tengah membereskan ruang tengah.
Bi Ram menghentikan aktivitasnya, buru-buru mendekati Hani.
"Iya non, ada apa?" balas Bi Ram.
Hani menghela napas pelan, kemudian bersuara.
"Kalau ada cowok tinggi, manis, ganteng, sopan banget dan namanya Zaki datang ke rumah dan nyari saya, bilang saya nggak mau bertemu hari ini. Kalau mau bertemu besok aja disekolah. Mengerti?"
"Siap Non, mengerti."
"Oke. Makasih Bi Ram."
"Sama-sama Non."
Setelah itu, Hani kembali ke kamar. Ia ingin tidur saja hari ini. Agar tidak teringat terus dengan kejadian di sekolah.
****
Zaki turun dari motornya, ia segera berjalan ke gerbang rumah Hani. Zaki memencet bel rumah Hani beberapa kali, berharap ada yang keluar.
Tak lama kemudian seorang wanita paruh baya keluar membukakan pintu gerbang rumah tersebut.
"Selamat siang, Maaf saya bis..."
"Mas Zaki ya?" tanya wanita paruh baya tersebut langsung menebak.
Zaki tertegun dan perlahan mengangguk.
"I.. Iya saya Zaki."
"Nyari Non Hani kan?" ucap wanita itu lagi.
"Iya. Hani-nya ada?"
Wanita paruh baya itu menghelakan napas berat, memberikan tatapan iba kepada Zaki.
