SEMBILAN BELAS
****
"Gue boleh tanya lagi nggak Kak?"
"Apa?"
"Lo suka sama Hani?"
"Kenapa? Lo suka sama Hani?"
Sorot mata Raka dan Zaki saling tatap untuk waktu cukup lama , Raka sendiri tidak langsung menjawab pertanyaan Zaki.
"Lo belum jawab pertanyaan gue Kak," tuding Raka tak terima.
"Kalau gue suka kenapa? Kalau gue nggak suka kenapa?" tanya Zaki sengaja membuat Raka semakin bingung.
"Ya nggak apa-apa sih," jawab Raka seadanya.
Zaki menatap Raka dengan tak mengerti, sedikit tidak puas dengan jawaban Raka. Mungkin, Raka lebih tidak puas dengan jawabannya
"Ada yang mau gue tanyain juga," ucap Zaki teringat sesuatu.
"Apa?" tanya Raka.
"Lo udah punya pacar kan?" tanya Zaki serius.
Raka menggelengkan kepala cepat. "Nggak punya, sebenarnya gosip itu dari siapa kok banyak yang bilang gue punya pacar?" heran Raka.
"Lo pernah bilang ke gue," ucap Zaki.
"Kapan?" kaget Raka. "Nggak pernah."
"Masa? Seingat gue pernah."
"Seinget gue nggak pernah."
"Mungkin gue yang salah dengar," ucap Zaki enteng.
Raka manggut-manggut kini terjawab sudah rasa penasarannya.
"Jadi lo yang bilang ke Hani kalau gue punya pacar?" tanya Raka.
"Iya," jawab Zaki tanpa beban.
"Klarifikasi ke Hani Kak, gue nggak punya pacar," suruh Raka.
"Males," tolak Zaki.
"Hani nggak percaya gue nggak punya pacar gara-gara lo Kak," cibir Raka.
"Emang kenapa kalau Hani nggak percaya?" pancing Zaki.
Raka diam lagi, tak berani menjawab. Zaki tersenyum kecil, melihat perubahan raut wajah Raka. Zaki seolah bisa menebak maksud dari ekspresi itu.
Zaki menyodorkan proposal yang ada ditangannya.
"Minta tanda tangan kepala sekolah," suruh Zaki. "Lusa kasih ke gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
PLAY IT
Teen FictionMari mainkan lagumu dan baca kisahmu. Hari ini aku akan mengiburmu Dengan sebuah cerita yang sangat ringan Tentang hati yang mencintai dia Tentang hati yang mengerti akan terluka Namun, tetap mempertahankannya. Bermain dengan hatiku da...