39 - Sepenuhnya?

6.4K 1.1K 926
                                    

Assalamualaikum, alhamdulillah Admin HFCREATIONS balik lagi bawa PLAY IT part 39 untuk kalian semua ^^

Siapa yang nggak sabar baca PLAY IT?

Makasih banyak ya udah selalu setia dan suka Play It. Yuk, ajak teman-teman kamu buat baca Play It juga ya. 

Siapa nih tokoh Play It yang paling kamu suka?

Dan... Selamat membaca PLAY IT ^^

*****

"Raya!"

Hani dalam melihat jelas dengan kedua matanya, Raya terjatuh di hadapanya dan seorang cowok berlari kecil mendekati Raya, membantu Raya untuk pergi. Cowok itu tak lain dan tak bukan adalah Zaki.

Hani menatap dengan dingin, menahan napasnya beberapa kali. Otaknya mendadak panas, emosinya naik tanpa sadar.

"Lo nggak apa-apa?" tanya Zaki kepada Raya, seolah tak menyadari tatapan dingin Hani.

Raya menggeleng, melepaskan tangan Zaki yang sempat memegang lengannya untuk membantunya berdiri.

"Gue nggak apa-apa Zak," ucap Raya tertunduk. "Makasih."

Tanpa menatap Hani dan berlama-lama di sana, Raya segera berjalan pergi, mengambil seribu langkah sejauh-jauhnya. Ia tidak mempedulikan Es Krim-nya yang sudah jatuh. Raya hanya ingin pergi saja dari sana.

Sepeninggal Raya, barulah Hani bisa bernapas dengan panjang walaupun rasa panas di kepalanya masih terasa. Zaki menoleh ke Hani, baru menyadari akan ekspresi dingin Hani.

Zaki berusaha tetap tenang, berjalan mendekat ke Hani.

"Udah pesan Es Krimnya?" tanya Zaki berniat basa-basi, bingung harus membuka pembicaraan apa kepada Hani.

Jujur, tubuh Zaki refleks saat membantu Raya tadi. Bagi Zaki, Raya masih tetaplah temannya. Jiwa kemanusiaan di dalam tubuhnya, memaksanya untuk menolong raya tanpa sadar.

Zaki menatap Hani, gadis itu masih diam, tak mau menjawab, tatapanya pun tak berubah sama sekali. Datar dan dingin.

"Han," panggil Zaki sekali lagi, lebih lembut.

Hani membalikan badan, berniat untuk pergi tanpa menjawab pertanyaan Zaki. Namun, dengan cepat Zaki melangkah menyusul, mencegah Hani.

Zaki berdiri tepat di depan Hani, menghadang gadis itu.

"Han, kenapa? Nggak jadi beli Es Krim?" tanya Zaki.

Kenapa? Ingin saja rasanya berteriak kesal kepada Zaki saat ini juga. Namun, Hani mati-matian masih menahannya. Hani langsung tak segan memberikan tatapan tajamnya ke Zaki, menunjukan kemarahannya lewat sikap.

"Segitu khawatirnya sama Mantan?"

Zaki menghela napas pelan, ia sudah tau Hani pasti akan mengungkit kejadian tadi dan menyerangnya. Dari tatapan kesal Hani saja Zaki sudah bisa merasakannya, gadis ini sedang marah.

"Gue cuma nolong Han," ucap Zaki memberikan alasannya.

"Dia juga cuma jatuh di lantai, bukan di jurang!" Kekesalan Hani tak berkurang sama sekali.

Zaki merasakan jantungnya berdetak cepat, entah kenapa bertengkar dengan Hani seperti ini membuatnya takut. Zaki tidak ingin Hani menghindarinya lagi karena kesalahannya seperti dulu.

PLAY ITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang