"Aku mau hari ini menjadi hari dimana kita memulai hari-hari kita bersama"
"Selama aku masih bisa melihat senyum di wajahmu, everythings will be okay" -Semesta
•••••Dering ponsel terdengar nyaring, panggilan suara yang berasal dari benda pipih di atas nakas berhasil menghentikan gerakan tangan Chelsea yang tengah menyisir rambutnya. Ini masih terlalu pagi menurutnya untuk di ganggu oleh seseorang yang lancang menelpon.
Ada banyak chat dan panggilan tak terjawab dari Kalyla, namun bukan itu yang menjadi fokusnya. Dahi Chelsea mengerut saat melihat nomer asing yang tidak di kenal tertera di layar.
"Halo, siapa?"
"Ini Semesta." Jawab seseorang di seberang sana.
Chelsea melihat layar lagi kemudian kembali menempelkan ponselnya di telinga. "Lo dapet nomer gue dari mana?"
"Gak penting aku dapet dari mana."
Beberapa saat Chelsea terdiam sambil menatap pantulan dirinya di cermin. Kemudian dia menguncir kuda rambut panjangnya.
"Chels, kok diem? Aku jemput ya! Kita pergi sekolah bareng!" Semesta kembali berbicara karena tidak ada respon.
"Gue pergi sendiri aja." Sahut Chelsea malas.
"Gak bisa. Aku udah terlanjur di depan rumah kamu."
Hah? Chelsea buru-buru menuju balkon dan benar saja ada Semesta di halaman rumah yang sudah nangkring di atas motornya. Tangan Semesta melambai dengan senyuman lebar di bibirnya.
Chelsea memutar bola mata malas, dan langsung memutus panggilan. Dia segera mencangklong ransel hitamnya lalu keluar kamar, melewati Papa yang sedang duduk di sofa sambil menikmati kopi hitam.
"Chelsea! Gak sarapan dulu?" Langkah Chelsea berhenti sebentar mendengar pertanyaan Papanya tapi dia tidak menoleh sedikitpun.
"Gak." Sahut Chelsea judes dan segera berlari keluar rumah. Sejak Mama pergi dari rumah, Chelsea jadi malas-malasan untuk makan, karena dia sangat bergantung dengan masakan Mamanya yang paling enak sedunia menurutnya.
Ferdy hanya bisa menghela napas melihat Chelsea yang mendiaminya sejak kemaren. Seseorang tolong ingatkan dia bahwa ini semua salahnya kalau dia lupa.
Chelsea berdiri di hadapan Semesta yang menatapnya tanpa kedip. Melihat leher putih dan jenjang milik Chelsea yang biasanya di tutup dengan rambut tergerai itu cukup membuatnya menelan ludah. Hari ini cewek itu terlihat beda.
"Semesta! Hey, kok bengong?" Chelsea mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah cowok itu.
"Eh,...iya Chels." Semesta sempat gugup, kemudian kembali berucap, "Kamu cantik kalo rambutnya di kuncir gini. Cantik banget kayak bidadari, kan aku jadi mikir nanti nikahan mau pake adat apa?" Dia cengengesan, bukan Chelsea yang salting tapi dia sendiri.
"Semestaaa, masih pagi." Chelsea memasang wajah tidak sukanya. Ini masih terlalu pagi untuk mendengar gombalan dari Semesta.
"Iyaaa tau. Ayo naik!" Semesta meraih helm satunya lagi dan bergerak mendekat untuk memasangkannya di kepala Chelsea
"Eh eh, ngapain?" Tanya Chelsea sedikit mundur dengan gerakan Semesta yang tiba-tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
Truth Or Dare [✓]
Teen Fiction"Dari sekian banyak cara Tuhan menghukum Semesta, kenapa yang paling berat adalah kehilangan?" ⚠️ The story contains harsh words and violence !!! Description : Cerita ini berawal dari permainan Semesta bersama teman-temannya, permainan truth or dare...