07. Kesepakatan Kedua

3.6K 204 3
                                    

"Entah sedari kapan, yang jelas perasaan ini terasa nyata adanya"
•••••

"Semesta!"

"Stoppp, anjj....."

Semesta meremas rambutnya kemudian mendongak dan menggantungkan kalimatnya ketika melihat Chelsea berdiri di ambang pintu kelasnya dan tengah memandang kearahnya. "Aish, gak halu." Semesta mengusap-usap wajah beserta matanya.

"Chelsea, sejak kapan kamu disitu?"

"Barusan, sini bentar deh!" Chelsea melambaikan tangannya menyuruh Semesta mendekat.

"Apa? Kenapa?" Semesta mulai mendekat.

"Cepetan!"

"Iya, sabar neng."

"Di desak naik pelaminan sama calon istri." Bisik Wildan di telinga Kenzo kemudian mereka berdua cekikikan.

"Gue cuma pengen pamit." Ucap Chelsea saat langkah Semesta berhenti tepat di hadapannya. Wildan beserta yang lain cukup kaget juga sedikit was-was.

"Pamit kemana?" Tanya Semesta panik.

"Pamit pengen pulang duluan." Jawab Chelsea santai sementara Semesta sudah mengelus dada.

"Astajim, gue kira pamit pengen menghadap-Nya." Wildan menepuk mulut sekaligus jidat dengan kedua tangannya, Chelsea malah menatapnya tajam. Kenzo,Bima,Ricky, beserta Farel sudah ingin tertawa namun berusaha di tahan.

"Kurang ajar lo." Bukan suara Chelsea melainkan Semesta yang ikut melotot kearah Wildan.

"Ya udah, mau di anterin apa gimana nih?" Tanya Semesta yang merasa heran dengan sikap beda Chelsea saat ini.

"Gak usah deh." Sahutnya singkat. Ada jeda yang di isi hening sebentar dari keduanya sebelum Chelsea kembali membuka suara, "Semesta!"

Lembut! Itu yang di dengar telinga Semesta barusan. Tidak seperti biasa ketus, cuek, jutek, judes dan apapun itu yang sejenisnya. Sampai-sampai hatinya bergumam," Kejedor apa kepala nih cewek tiba-tiba jadi manis kayak lolipop."

"Apa sayang?" Balasnya dengan nada lembut yang di buat-buat. Bukan cuma Chelsea yang meleleh, siswi lain yang kebetulan mendengar itupun pun juga. Wajah Chelsea bersemu merah jadi salah tingkah sendiri.

"Makasih, lo udah belain gue tadi." Ucap Chelsea tulus sambil tersenyum manis di balik wajah sayu yang bahkan sangat manis menurut Semesta.

"Anying, ternyata Chelsea bisa ngomong manis juga. Gue kira bisanya jutek doang." Celetuk Wildan seperti baru saja menyaksikan hal langka.

Semesta senang luar biasa melihat Chelsea yang mulai welcome dengannya. Dalam hati ia sangat bersyukur, "Puji Tuhan, eh alhamdulillah."

"Iya sama-sama, aku seneng kok bisa bantuin kamu." Balasnya dengan lengkungan senyum yang cukup dalam. Tidak menghiraukan candaan teman-temannya yang sangat berisik.

"Chels, gue minta maaf buat yang tadi." Tiba-tiba Bima berdiri mendekat dan mengulurkan tangannya kearah cewek itu. Chelsea pun melirik tangan itu sebentar sebelum menerima uluran tangannya dan menyahut, "Iya gak papa."

Truth Or Dare [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang