"Sudah ingin menyerah, tapi mau bagaimana lagi ? Hati ini di desain untuk menjadi kuat."
•••••Senyum yang melekat dalam bentukkan wajah yang proporsional itu belum juga usai saat wanita cantik itu melangkah memunggunginya bahkan ketika punggung itu menghilang di balik pintu ruangan inti dengan tulisan "Dressing Room".
Dia masih duduk di sebuah sofa dengan setelan tuxedo di sampingnya juga seorang karyawan perempuan. Sedikit tidak percaya dengan apa yang ia dapatkan sekarang. Rasanya masih seperti mimpi saat dia berhasil menaklukkan perempuan itu kembali.
Demi apapun, hatinya sekarang sedang membuncah di landa bahagia. Dirinya perlahan-lahan bisa sembuh dari terpuruknya ketika kehilangan. Rasa penyesalan itu memang masih terasa ada, namun dia akan berusaha menebusnya dengan memberikan kebahagiaan serta menyerahkan seluruh hidupnya pada wanitanya.
Karyawan dari butik itu sedikit heran melihat dirinya yang terus senyum-senyum sendiri. Ah ternyata begitu, rasanya ingin menikah, membayangkannya saja mampu membuat hati tergelitik senang.
"Mas, di coba dulu jasnya!"
Senyum Semesta mendadak sirna, dia sedikit gelagapan menetralkan mimik wajahnya karena ketahuan sedang melamun sambil tersenyum sendiri.
"Iya iya, Mbak. Yang ini ya?." Tunjuknya pada sebuah tuxedo yang sudah jelas miliknya.
Karyawan bername tag Maya itu sempat terkekeh sebelum menjawab, "Iya yang itu, Mas. Duh, seneng banget kayaknya yang mau nikah. Apalagi calonnya modelan begitu, cantik banget Mas." Ujarnya memuji sang calon pengantin wanita.
Semesta kembali tertawa,"Gimana Mbak? Iri gak? Iri lah masa enggak? Bidadari gue tuh, Mbak. Susah banget dapetinnya, gak bisa di nego pula. Tapi dapet bonus langsung satu anak."
Si Maya mengernyitkan alisnya tak paham, di tambah Semesta yang masih tertawa sambil membuka kancing Jas yang tersampir di tangannya."Hah, gimana?"
"Ya elah. Gak usah di pikirin dah. Saya mau coba ini dulu."
"Ya udah di tinggal dulu. Kalo perlu bantuan panggil saja saya ada di depan."
Setelahnya karyawan perempuan itu pergi meninggalkan Semesta yang sedikit sibuk di depan cermin super besar yang berada dalam ruangan itu.
"Perfect. Ganteng banget dah gue." Pujinya pada diri sendiri setelah berhasil mengenakan pakaian mahal tersebut. Tangannya tak tinggal diam menyugar rambut hingga memperlihatkan dahi lebarnya.
"Mengmantep." Ujarnya lagi sebelum melirik jam tangan rolex yang melingkar di lengan kiri. Sudah 15 menit Chelsea masuk ke dalam dressing room itu namun belum juga keluar.
Semesta tak sabar ingin melihat Chelsea di balut baju pengantin mewahnya meskipun tanpa riasan. Dengan cepat dia melepas kembali tuxedo yang di kenakannya kemudian segera mendekati pintu putih di ruangan itu. Mengetuknya beberapa kali hingga seorang karyawan perempuan yang membantu calon istrinya muncul dengan pintu yang hanya terbuka sedikit.
"Ada apa?"
"Udah selesai belum?" Tanya Semesta tak sabar.
"Sedikit lagi. Saya harus mem....."
Kalimat karyawan tersebut terhenti begitu saja ketika Semesta langsung menarik lengannya untuk keluar sementara dia menerobos masuk dan mengunci pintunya dari dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Truth Or Dare [✓]
Teen Fiction"Dari sekian banyak cara Tuhan menghukum Semesta, kenapa yang paling berat adalah kehilangan?" ⚠️ The story contains harsh words and violence !!! Description : Cerita ini berawal dari permainan Semesta bersama teman-temannya, permainan truth or dare...