02. Misi yang Gagal

8K 347 7
                                    

"Terkadang hal yang kita anggap permainan semata bisa menjadi bagian dari kehidupan yang sesungguhnya"
•••••

     Sebuah rumah yang besar berwarna putih dengan dua lantai berdiri kokoh dengan pekarangan yang luas. Siapa pun akan mengira bahwa tinggal di rumah itu akan terasa menyenangkan. Namun perkiraan itu akan sirna ketika pintu terbuka dan masuk lebih dalam, yang di dapati hanyalah pelik. Begitu kira-kira yang di rasakan Chelsea sebagai salah satu penghuni rumah itu.

     "Mas, ayo jawab ini kontak siapa?" Tanya Silvia, Mamanya Chelsea saat suaminya baru saja keluar dari kamar mandi. Tangannya mengacungkan ponsel yang sedari tadi berbunyi memunculkan banyak chat di bar notifikasi.

     "Kamu gak lihat ini namanya Herman." Sahut Ferdy saat berhasil merebut kasar ponselnya dari tangan Silvia. Sebenarnya ia gugup dan sedikit kesal pada istri yang berani menyentuh barang miliknya itu. Silvia dapat menangkap ekspresi itu dari raut wajah suaminya.

     "TAPI KENAPA ISI CHAT NYA PAKE SAYANG?" Mata Silvia berembun, emosinya keluar bersamaan dengan teriakannya yang cukup nyaring. Disini dia bukan wanita bodoh yang tidak mengerti apa-apa.

     "Ckk, berani banget kamu buka-buka hape aku." Desisnya dengan tatapan tajam dan Silvia tidak akan takut lagi.

     "Emang salah ya kalo aku ngecek hape suamiku sendiri?" Tanya Silvia sambil mengusap air matanya dengan kasar.

     "YAA SALAH, HARUSNYA KAMU IZIN DULU." Teriak Ferdy mulai muak melihat air mata Silvia.

     "Mas, aku ini istri kamu. Kamu aja gak pernah izin saat kamu pergi sama perempuan lain." Jawab Silvia tidak mau kalah.

     Ferdy diam dengan mata nyalangnya, Silvia kembali berucap. "Aku tau chat itu pasti dari perempuan."Lirih Silvia, suaminya menamai kontak perempuan itu dengan nama Herman, dia pikir Silvia sebodoh itu.

     "Iya dia perempuan. Namanya Adhira, puas kamu?" Dengan tidak berperasaan Ferdy mengatakan itu pada istrinya. Tidak terbayang sudah banyak air mata tumpah ruah menangisi dirinya yang terlalu brengsek dan bajingan.

     Wanita cantik beranak satu itu akhirnya kembali menangis, bukan sekali ini dia di sakiti suaminya sendiri. Setiap malam dia menangis mengingat kelakuan bejat suaminya diluar sana bersama perempuan lain.

     Ia tidak tahu lagi salahnya dimana? Kalau saja ia tidak mengingat Chelsea, sudah jauh-jauh hari ia pergi meninggalkan Ferdy. Namun keberadaan Chelsea membuatnya masih kuat dan bertahan sampai hari ini.

     Di balik pintu kamar bercat putih itu Chelsea memasang telinga menyimak pertengkaran orang tuanya yang hampir tiap malam terjadi. Itu tidak sepele menurut Silvia, dia seperti tidak memiliki harga diri di depan suaminya sendiri.

     Chelsea setengah berlari memasuki kamarnya, mengunci pintu dan bersandar disana sambil menangis.  Setiap malam ia mendengar bentakkan Papanya pada sang Mama. Chelsea seakan merasakan kesakitan yang sama.

     Dia kurang mengerti persoalan rumah tangga orang tuanya. Yang ia tahu, ayahnya selalu keluar malam dan pulang saat pagi menjelang. Jangan tanyakan ibunya, dia tau Mamanya selalu menangis dalam diamnya. Chelsea sama sekali tidak akan pernah rela saat Mamanya menitikkan air mata tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa.

     Puas menangis Chelsea meraih ponsel di atas nakas. Mengirim chat pada temannya, Kalyla. Rasanya terlalu pengap disini, di kamarnya sendiri. Untuk malam ini saja dia ingin keluar, merasakan kebebasan seperti remaja lainnya.

Truth Or Dare [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang