14. You Hurt Me

5.2K 245 9
                                    

"Percayalah, tidak ada perempuan yang masih baik-baik saja ketika mendapati dirinya di bentak oleh orang yang ia sayang."
•••••

Semua murid kelas XII pagi ini sedang heboh bukan karena ada berita dua puluh satu plus atau berita siswa bunuh diri di toilet sekolah, sama sekali bukan itu.

Mereka heboh karena mendapat kartu undangan. Eh bukan undangan pernikahan apalagi undangan pernikahan Semesta dengan Chelsea, tapi undangan pesta ulang tahun dari pacarnya salah satu anggota geng Dabest si Kenzo.

Zarina dengan di temani Vega menyusuri setiap lorong kelas di semua jurusan. Dia dengan semangat membagi-bagikan kertas berwarna soft blue itu kesemua temannya baik cowok maupun cewek. Tak terkecuali Chelsea dan Kalyla, saat ini Zarina dan Vega mulai melangkah memasuki kelasnya. Dan berhenti tepat di depan meja keduanya.

"Chelsea, Kalyla, ini undangan ulang tahun gue buat kalian. Harus dateng ya!" Ujar Zarina sembari meletakkan dua buah kertas di atas meja sambil tersenyum ramah.

Walau ragu akhirnya Chelsea meraih kertas itu, "Thanks ya."

"Gue bakal adain party buat kita semua biar bisa senang-senang. Pokoknya lo harus ikut dan lo harus dateng bareng Semesta, oke?" Ujar Zarina sumringah menatap wajah Chelsea dan Kalyla bergantian.

"Oke deh." Jawab Chelsea canggung karena dia tidak begitu akrab dengan dua cewek di depannya ini di tambah lagi tampang Vega yang tak bersahabat, cewek itu dengan santainya bersedekap dada.

"Lo juga harus dateng!" Titah Zarina lagi pada Kalyla yang sedari tadi hanya diam.

"Harus banget?" Kalyla bertanya malas.

"Kalo lo gak mau ya udah gak usah dateng. Lagian acara kita tetep berjalan kok dengan atau tanpa lo." Kali ini Vega yang menyahut. Sejak awal dia lumayan tidak menyukai sahabatnya Chelsea ini. "Belagu banget lo, anjim." Vega merutuk dalam hati.

"Ve, udah. Mending kita lanjut bagiin ke yang lain." Sanggah Zarina karena dia paling tahu kalau Vega itu mudah meledak, mudah emosi. Dan kalau sudah tak terkendali, apapun yang ada di dekatnya akan hancur. Maka sebelum itu terjadi ia harus menghentikannya dan segera mengajak pergi.

"Ly, lo dateng kan? Yaa, itung-itung buat hiburan." Ujar Chelsea sambil mengamati kertas undangan itu setelah Zarina dan Vega menghilang di balik pintu kelas.

Tak mendapat jawaban dari Kalyla, Chelsea langsung menoleh menghadap kearahnya. Dan Chelsea amat terkejut melihat muka sahabatnya itu yang tiba-tiba pucat.

"Ly, lo kenapa? Muka lo pucet banget. Lo sakit?" Chelsea gelabakkan sendiri dan mencoba menempelkan punggung tangannya di dahi Kalyla.

"Lepasin, Chels. Gue gak papa." Jawab Kalyla lemah.

"Gak papa apanya orang muka lo pucet banget. Gue anterin ke UKS ya!" Chelsea sudah berdiri ingin membantu Kalyla namun terhenti karena Kalyla memegang lengan kanannya.

"Gak usah, Chels. Gue cuma capek aja, lo duduk aja di sini. Gue mau ke toilet dulu." Pamitnya dan langsung melangkah keluar kelas dengan tangan yang membekap mulut menahan sesuatu agar tak keluar.

"Hati-hati, Ly." Ujar Chelsea setengah berteriak, dia ikut khawatir dengan keadaan sahabatnya itu.

Di dalam toilet, Kalyla mencuci mukanya di wastafel. Rasa pusing dan tidak nyaman itu kembali hadir namun sekuat tenaga ia menahan. Kemudian dia berdiri tegak dan menatap pantulan dirinya di cermin. Dia tersenyum miris melihat keadaan dirinya sendiri.

Truth Or Dare [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang