"Jangan terburu-buru menyimpulkan sesuatu tanpa tahu kebenarannya. Karena itu hanya akan menciptakan kesedihan yang tidak berdasar."
•••••Gadis itu menghela napas mengeluarkan kegelisahan yang melanda kemudian menelungkupkan kepala di atas meja tanpa menyadari Semesta sudah kembali dari kantin membawa dua buah susu kotak indomilk rasa stroberry kesukaannya juga dua bungkus roti isi cokelat.
Tangan Semesta terangkat mengusap-usap kepala yang mungkin di penuhi beribu-ribu pertanyaan dan pikiran itu. Begitu lembut dan nyaman hingga membuat Chelsea tetap diam pada posisinya. Rasanya masih sama, saat pertama kali Semesta mengatakan sayang padanya. Masih deg-degan dan cukup membuat hatinya kembali tenang.
Perlakuan Semesta sekecil apapun masih menimbulkan letupan-letupan di dada. Cowok itu berhasil mencuri hatinya sepenuhnya dan rasanya Chelsea ingin sekali memenjarakan pencuri itu selamanya dalam jeruji yang ia sebut hati.
Tapi apakah bisa? sedangkan dia kini mulai meragu dengan apa yang di lakukan Semesta di belakangnya.
"Mau aku suapin?" Pertanyaan Semesta berhasil membuat Chelsea menegakkan tubuhnya. Semesta mulai membuka bungkus roti dan menyodorkan padanya. Dengan senang hati, Chelsea menerima suapan itu kemudian menyedot susu kotak di tangannya.
Chelsea meraih roti yang tersisa di tangan Semesta, bekas gigitannya itu ia sodorkan ke mulut lelakinya. "Kamu juga harus sarapan." Tutur Chelsea dan Semesta langsung menggigitnya tanpa rasa jijik.
"Aku mau susu." Pintanya lagi. Chelsea dengan cepat menyodorkan susu kotak yang belum di buka.
"Bukan yang ini. Tapi susu kamu."
"Uhukkk." Chelsea tersedak dan refleks memukul meja sehingga mengundang perhatian teman sekelasnya yang mulai berdatangan. Mereka saling pandang melihat dua anak manusia yang tengah sarapan bersama itu.
Semesta gelagapan, "Maksud aku, susu yang tadi kamu minum itu." Dia menunjuk susu kotak yang tersisa di tangan Chelsea.
"Ohhh, kirain." Chelsea mengusap dada dan segera menyodorkan susu kotak sisa dirinya. Kemudian memukul pelan kepalanya sambil merutuki dirinya dalam hati, "Sialan pagi-pagi nih otak udah travelling."
Melihat kelakuan Chelsea, tawa Semesta ingin meledak kalau saja cewek itu tidak kembali bersuara. "Tadi hape kamu bunyi, ada chat masuk kayaknya." Chelsea berpura-pura tak mengetahui apapun.
"Oh ya?" Cowok itu segera mengusap layar kemudian ekspresinya berubah tak terbaca oleh Chelsea.
"Dari siapa?" Lagi-lagi cewek itu ingin tahu seberapa jujur pacarnya ini.
"Dari Wildan."
"Bohong." Rutuk Chelsea dalam hati. Tangannya mulai mengepal praduganya semakin kuat. "Masih gue pantau." Gumamnya lagi di dalam hati.
•••••
"Sssttt, Chels." Cicit Kalyla di tengah-tengah pelajaran yang sedang berlangsung.
"Haaa? Kenapa?" Chelsea yang melamun langsung menegakkan posisi tubuhnya.
"Lo yang kenapa? Seharian gue liat ngelamun aja." Sahut Kalyla mencondongkan badannya ke Chelsea, "Masalah di rumah gak usah di pikirin banget deh. Hidup udah ribet jadi makin ribet." Imbuhnya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Truth Or Dare [✓]
Teen Fiction"Dari sekian banyak cara Tuhan menghukum Semesta, kenapa yang paling berat adalah kehilangan?" ⚠️ The story contains harsh words and violence !!! Description : Cerita ini berawal dari permainan Semesta bersama teman-temannya, permainan truth or dare...