15. Birthday Party

5.8K 226 20
                                    

"Yang benar-benar sayang akan menjaga, yang mengutamakan napsu akan merusak."
•••••

Cowok itu baru saja tiba disana ketika dia mendengar keributan. Tidak terlalu jelas karena suara riuh orang yang mulai berkerumun. Tiba-tiba dia melihat sosok familiar yang sedang melangkah melewati pintu keluar, itu Semesta. Mendadak matanya melebar ketika melihat punggung Chelsea yang bergetar di atas meja bagian pojok ruang.

Seketika dia merasa marah dengan temannya itu, tubuhnya ingin mengejar dan memberi pelajaran tapi hatinya mengatakan untuk tetap disini. Chelsea sedang sendirian dalam keadaan kacau dan menangis. Cewek itu pasti butuh seseorang. Akan lebih baik jika dia menghampiri cewek itu ketimbang mengejar Semesta. "Brengsek." Umpat Wildan dalam hati pada Semesta.

"Chels, lo gak papa?" Tanya dia dan langsung duduk di hadapan cewek itu.

Chelsea bangun dan mendongak dengan mata sembab. Alih-alih menjawab, dia malah menghapus cepat jejak air matanya kemudian menggeleng pelan tanpa berkata apapun. Meskipun Chelsea bungkam tapi gelengan kepalanya sudah cukup memberi tahu Wildan bahwa dia sedang tidak baik-baik saja.

"Ya udah, gue anterin pulang ya. Lo tenangin diri dulu." Ujar Wildan yang menaruh simpati melihat Chelsea seperti ini. Dia tahu betul ini pasti ulahnya Semesta. Apa Semesta sudah mulai bosan? Apa dia ingin mencampakkan cewek ini sama seperti mantan-mantan terdahulu? Pikiran Wildan pun kini menjalar kemana-mana.

Chelsea hanya mengangguk dan Wildan langsung mengajaknya keluar dari restoran melupakan niat awalnya kesini. Sekarang, dia cuma merasa harus mengantar cewek ini pulang. Chelsea terlihat sangat berantakkan malam ini.

Selama di perjalanan Chelsea bungkam hanya berbicara saat Wildan menanyakan arah menuju rumahnya karena Wildan memang tak pernah kesana.

"Udah sampai, Chels." Celetuk Wildan saat motornya sudah berhenti sempurna di depan pagar hitam yang menjulang mengelilingi rumah berwarna putih itu.

"Oh iya, makasih ya Wil." Chelsea terlihat linglung dengan mata dan hidung yang memerah.

"Iya, santai aja kali. Ya udah gue balik ya!" Wildan kembali menghidupi mesin motornya sebelum melaju Chelsea sempat menyela.

"Eh, Wil. Gak mau mampir dulu." Chelsea mencoba menawarinya masuk.

"Lain kali aja. Gak enak udah malem. Oh ya, kapan-kapan kalo ada apa-apa hubungi gue aja! Jangan sungkan." Papar Wildan.

"Oh, oke. Hati-hati ya." Kata Chelsea, dia mengamati sosok Wildan yang mulai menjauh hingga benar-benar menghilang di balik cahaya lampu di pinggir jalan.

Chelsea menarik napas dalam-dalam kemudian mengembuskannya kasar sebelum dia menapaki pekarangan menuju pintu utama dan segera masuk ke kamarnya.

Sementara Wildan, dia mengendarai motornya santai berbaur dengan pengendara yang lain. Mendadak dia merindukan nightride bersama gengnya. Sudah cukup lama dari terakhir kali mereka main di jalanan karena kesibukkan masing-masing.

Tiba di jalanan yang cukup lenggang, dia menghentikan motornya di tepi jalan. Wildan bisa menangkap bayangan dua orang di bawah pohon di pinggir jalan itu. Matanya berkilat marah serta tangan yang sudah mengepal kuat. Di dalam dada bergemuruh dengan napas naik turun tak beraturan. Kalyla di ujung sana sedang berada dalam pelukan seseorang.

Truth Or Dare [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang