"Karena ekspektasi sangat berbanding terbalik dengan realita, itu sebabnya kata perjuangan itu di cipta"
•••••Waktu sudah menunjukkan pukul 08.15 am ketika rinai hujan masih setia membasahi setiap sudut Kota yang ramai dengan hiruk pikuk kehidupan hedonisnya.
Gadis itu masih tetap diam melamun duduk di tepian ranjang Rumah Sakit sembari menatap lekat tiap tetes air yang jatuh ke bumi dari balik kaca jendela yang nampak buram akibat terpaan hujan yang datang semenjak fajar.
Indera penciumnya menangkap bau khas petrichor yang menguar dari tanah basah di luar sana. Gumpalan awan di atas langit pun masih nampak terlihat pekat. Udara masih tetap dingin bahkan sampai menusuk tulang. Matahari seakan enggan untuk terbit menyinari serta memberi kehangatan pada setiap kehidupan. Selayaknya dia yang enggan kembali tersenyum karena terjebak dalam setiap kerumitan hidup yang di alaminya.
Pintu ruangannya terbuka menandakan ada orang yang masuk namun ia enggan menoleh. Dia tetap diam tidak bergerak sedikitpun.
"Lo udah siuman? Tadi pas gue dateng lo masih merem jadi gue keluar buat cari sarapan. Gue kira lo belum siuman." Ujar Lisa sedikit kaget sambil mengangkat kantong kresek berisi makanan yang ia bawa.
Chelsea tak bergeming. Dia sedang asik dengan dunianya sendiri sehingga tidak bisa merespon ucapan Lisa. Dia lupa bahwa di ruangan ini dia tidak sendirian.
"Mau sarapan apa? Biar gue beliin, makanan Rumah Sakit pasti gak enak banget."
Chelsea menggelengkan kepala pelan membuat Lisa menghela napas sebentar sebelum melangkah mendekat. "Chels, tadi malem ada yang jenguk lo ya?"
Pertanyaan Lisa berhasil mengusik lamunannya, pemandangan air hujan di luar sana sudah tidak menarik lagi untuk di resapi hingga ia menolehkan pandangan kearah Lisa seakan menuntut penjelasan.
"Iya, soalnya pas gue dateng tadi ada bucket bunga di samping badan lo." Papar Lisa lagi. Membuat Chelsea sedikit berjengit namun tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Matanya berubah sayu kemudian menunduk dalam sambil memandangi tautan jemarinya.
"Bunganya gue taruh di vas di atas meja dekat sofa. Cantik banget, kok gue penasaran ya itu dari siapa?" Lisa tetap berceloteh meskipun keberadaannya seperti tidak di anggap disini.
Chelsea mengangkat kepala, kemudian pandangannya jatuh pada rangkaian bunga hyacinth berwarna ungu dan putih berpadu dengan marigold kuning. Cukup lama sekitar 10 menit, Chelsea kembali mendongak demi menghalau air mata yang ingin melesak turun.
Ternyata apa yang ia rasakan tadi malam benar-benar nyata bukan ilusi. Semesta berada di dekatnya sembari membisikkan kata-kata yang membuat dirinya menangis.
"Oh iya. Mumpung sekarang hari minggu, Farel ngajakin Wildan sama Kalyla kesini jengukin lo. Mungkin karena hujan jadi mereka belum dateng."
Lisa kembali melangkah untuk duduk di sofa dan membuka kantong kresek yang di bawanya. Membiarkan Chelsea yang tak bergeming sedikitpun. Lisa sebenarnya heran sedari tadi Chelsea seperti orang bisu.
"Gak bakal ada Semesta hari ini. Ckk, miris ya. Apa yang lo harepin dari dia? Katanya benci tapi sekarang pengen dia ada disini." Ejek hati Chelsea pada dirinya sendiri. Kemudian dia tersenyum kecut sambil memperhatikan kembali rinai hujan dan sesekali melirik rangkaian bunga di dalam vas di dekat Lisa yang sudah sibuk dengan makanannya. Chelsea kembali membaringkan tubuhnya sambil menghela napas pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Truth Or Dare [✓]
Teen Fiction"Dari sekian banyak cara Tuhan menghukum Semesta, kenapa yang paling berat adalah kehilangan?" ⚠️ The story contains harsh words and violence !!! Description : Cerita ini berawal dari permainan Semesta bersama teman-temannya, permainan truth or dare...