"Dalam hidup, ada banyak hal yang harus kamu terima dengan lapang, termasuk kehilangan. Sesekali cobalah untuk berdamai dengan hatimu sendiri. Kamu berhak bahagia meskipun bukan dengan orang yang sama."
•••••"Plis, lo keluar dari rumah ini! Gue udah gak ada urusan lagi sama lo." Desis gadis itu tajam.
Srettt
"Aaaawww, sakit. Lepasin tangan gue." Sesekali suaranya terdengar meringis.
"Lo diem atau gue bakal lebih kasar dari pada ini." Bisik suara lelaki itu tak kalah tajam.
"Ck, brengsek lo. Belum puas, hah? BUNUH AJA GUE SEKARANG!" Teriaknya sangat nyaring.
"Oh, calm baby."
"Keluar dari rumah gue!" Pintanya lagi dengan memohon.
"Gak, gue masih mau main-main sama lo." Terdengar tawa mengejek di ujung kalimatnya.
"Brengsek, cowok sialan." Cewek itu tidak berhenti mengumpat, suaranya sarat akan emosi yang tak bisa ia luapkan begitu saja.
"Ahh, gue bilang lepasin gue!"
"Diam!" Perintah lelaki itu dengan suara datar dan dingin.
"Lo mau ngapain?" Tanya gadis itu panik ketika cowok itu kembali menipiskan jarak dengan tubuhnya.
Alih-alih menjawab, cowok itu malah semakin mendekat. Membuat sang cewek ketakutan setengah mati apalagi ketika melihat pisau kecil di tangan kanan cowok itu. Gadis itu berusaha lari menuju kamarnya, namun cowok itu juga tidak tinggal diam.
"Stop. Berhenti di situ!" Pekik gadis itu sambil berusaha menutup pintu kamar sekuat tenaga. Namun tenaganya kalah kuat. Berkali-kali dia menahan daun pintu dan akhirnya cowok itu berhasil masuk ke kamarnya dalam satu kali dobrakan. Membuat tubuhnya terpelanting ke sisi bagian kaki ranjang.
"Arga, plis! Lo jangan kayak gini." Lirih gadis itu masih dengan nada ketakutan sambil beringsut sedikit demi sedikit demi menjauhi cowok yang dia panggil Arga itu yang semakin lepas kendali.
"Lo mau mati sekarang kan? Sini gue bantu!" Desisnya tajam namun sangat santai sambil menampilkan smirk menakutkan.
"Arga, Arga, gue mohon...ahhhhh." Gadis itu menjerit sebelum kalimatnya selesai bersamaan dengan darah yang mulai merembes dari balik baju di bagian perut kanannya.
"Gimana? Sakit gak? Sesuai permintaan lo, oke!" Tawa keras menggelegar mengisi pendengaran setelah ia mengakhiri kalimatnya. Cewek itu pun semakin meringis kesakitan sembari memegangi perutnya. Darah pun semakin banyak keluar membasahi telapak tangannya yang berusaha menutupi luka tusuk itu.
"Lo sakit jiwa. Lo gila. Lo gak waras.....demi apapun gue rela mati kayak gini...tapi gue gak rela.....kalo anak gue mati sebelum ia...melihat dunia ini." Gadis itu masih sempat mengumpat di sela-sela kesakitannya juga kalimatnya yang mulai terputus-putus. Kemudian, sayup-sayup suara napas yang putus-putus terasa menusuk pendengaran. Setelahnya hening, seiring menghilangnya kesadaran dalam diri gadis itu.
•••••
Satu tetes air mata kembali lolos bersamaan tangannya yang terkepal erat. Matanya menutup perlahan, kakinya masih diam di tempat. Tepat di depan kantor kepolisian. Ingatannya memutar kembali tangis yang sempat tumpah ruah dari wanita paruh baya yang menggantungkan harap padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Truth Or Dare [✓]
Teen Fiction"Dari sekian banyak cara Tuhan menghukum Semesta, kenapa yang paling berat adalah kehilangan?" ⚠️ The story contains harsh words and violence !!! Description : Cerita ini berawal dari permainan Semesta bersama teman-temannya, permainan truth or dare...