38. Bahagia Tak Pernah Utuh (End)

5K 202 18
                                    

"Seseorang boleh pergi tapi tidak dengan kenangan. Percayalah, sebuah kenangan tak akan pernah usai melainkan hanya cerita hidupnya yang berhenti di tulis."
•••••

Bibirnya melengkung menerbitkan senyum menawan saat mendapati chat dari kekasih hati. Tidak ada yang romantis sebenarnya, hanya saja isinya mampu membuat dirinya menjadi perempuan yang paling bahagia.

Farel
Jangan lupa ya nanti malem aku sama keluargaku bakal ke rumah. Dandan yang cantik! Pokoknya apapun yang bakal di utarain orang tuaku, kamu haram menolak. See you ❤️

Lisa
Siap komandan 😘

Tidak ada balasan lagi setelahnya, yang tersisa hanya senyum yang masih setia bertengger di bibir mungil itu. Bagaimana ia tidak bahagia? Sesuatu yang paling di harapkan oleh semua perempuan dewasa sepertinya hanyalah kepastian. Catat itu baik-baik!

Dia membuka kulkas yang ada di bagian dapur itu, kemudian meraih botol mineral dan juga gelas kecil di atas meja.

Pagi-pagi dia memang sering haus, minuman dingin kali ini membuat otaknya lebih segar. Segera dia tenggak air yang baru saja di tuangnya dan meletakkan gelas yang airnya masih sisa setengah di atas meja makan.

Pranggg

Dia terlonjak kaget, gelas itu dengan sendirinya sudah hancur berkeping-keping di atas lantai yang di pijakinya hampir melukai kaki yang putih itu.

"Lisa, hati-hati!" Tegur Mamanya yang sedari tadi berkutat di depan kompor.

Lisa tak bergeming, menyahut pun tidak. Hatinya mendadak tidak enak. Menit kemudian, dia mulai membersihkan kepingan kaca yang berserakan itu.

"Awww."

Percikan darah keluar dari telunjuknya yang tersayat kepingan tajam. Bukannya berhenti, dia tetap melanjutkan kegiatannya dan mengabaikan tangannya yang perih.

"Ma, kapan terakhir kali kita ketemu Chelsea?" Pertanyaan itu mendadak dia utarakan pada sang Mama yang masih sibuk memasak. Kini, dia sudah berada tepat di belakang wanita paruh baya yang masih tetap cantik itu.

"Setelah resepsi pernikahannya. Kenapa?"

Hahhh. Lisa menghembuskan napas kasar sebelum menyahut, "Aku kangen dia sama Keanu, Ma. Nanti siang kita temuin dia!"

"Besok aja ya! Malam ini kan Farel sama keluarganya mau kesini, jadi kita harus siap-siap." Ujar Adhira sembari membalik badan dan menatap anaknya.

Lisa diam, menatap jari telunjuknya yang masih berdarah. Adhira pun mengikuti arah pandang sang anak dan terkesiap.

"Kamu terkena pecahan gelas?"

"Kena gores dikit."

"Sana obati dulu!"

Bahu Lisa di dorong pelan untuk keluar dapur oleh Mamanya. Lisa menurut saja, namun saat berada di batas sekat, dia berhenti dan menoleh. "Aku punya firasat buruk tentang Chelsea, Ma. Hati aku mendadak gak enak."

Adhira terdiam kaku mendengar ucapan anaknya barusan. Dia mencoba terlihat tenang dan diam-diam merapal doa dalam hati.

"Kita doain semoga dia baik-baik aja ya! Jangan lupa doa terbaik buat kita semua."

Truth Or Dare [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang