"Seseorang yang tak kau sukai kehadirannya hari ini, bisa jadi akan menjadi seseorang yang paling peduli padamu di kemudian hari."
•••••Gadis itu bersenandung riang seperti tengah mengikuti lirik lagu yang ia dengar dari headset yang menyumpal di kedua telinga serta ponsel yang berada dalam genggaman. Kakinya melangkah melewati koridor sekolah yang masih sepi karena hari masih terlalu pagi.
Siapapun yang melihatnya pasti berpikiran bahwa gadis itu seperti tidak memiliki beban hidup. Dia terlampau senang hingga melupakan keadaan dirinya sendiri. Seolah-olah hidupnya tidak pernah di hinggapi masalah yang berarti.
Saat tiba di pintu masuk menuju kelas, langkahnya berhenti. Tubuhnya tiba-tiba kaku dan tegang melihat sosok yang duduk diam dengan pandangan kosong di ruangan kelas itu. Tangannya terangkat melepas headset di telinga dan kembali melangkah dengan pelan.
Bangku yang sudah kosong selama seminggu itu, hari ini kembali di duduki oleh pemiliknya. Bangku yang berdampingan dengan bangkunya itu kini di duduki kembali oleh Chelsea.
Dia pikir dirinya sudah paling cepat datang ke sekolah, ternyata ia kalah cepat. Jam berapa Chelsea datang ke sekolah? Ah bahkan dia pikir temannya itu sudah tidak mau lagi masuk, ternyata dia salah besar. Teman? Terdengar lucu mungkin.
"Emm, Chelsea. Lo kemana aja seminggu gak masuk?" Kalyla mencoba bertanya sembari mendudukkan diri di bangkunya.
"Gak enak badan." Chelsea menatap Kalyla sebentar kemudian kembali mengalihkan pandangannya.
"Oh, lo agak kurusan dikit. Terakhir gue liat lo waktu ulang tahun Zarina deh kayaknya." Paparnya lagi.
Chelsea diam tidak menyahut, tepatnya tidak ingin membahas apapun tentang pesta malam itu.
"Oh iya, waktu itu kenapa lo sama Semesta buru-buru pulang?" Tanyanya lagi. Kalyla benar-benar tidak bisa membaca situasi yang terasa mencekam di sekitar mereka. Mata Chelsea mengeluarkan aura tidak suka terhadap perempuan yang banyak bicara ini.
"Ly, gue gak pengen di ganggu." Ujar Chelsea masih berusaha menetralkan deru napasnya yang naik turun tak beraturan akibat mendengar kembali nama Semesta.
"Lo kenapa sih, Chels? Ada masalah? Cerita aja! Biasanya kan juga gitu." Kalyla berujar manis dan sukses membuat ketenangan Chelsea terganggu pagi ini.
"Mending lo diem aja. Gue lagi bad mood." Chelsea menatap Kalyla datar, "Oh iya, satu lagi. Kalo mau dengerin lagu, pastiin headset lo bener-bener ke pasang di hape." Tambah Chelsea lagi setelah melirik headseat di tangan Kalyla dengan ujung yang menggantung tanpa di colok ke ponsel. Kemudian melipir keluar kelas meninggalkan Kalyla yang bengong. Rupanya tadi Chelsea sempat memperhatikan tingkah Kalyla yang berjalan riang di koridor dari balik kaca jendela di sampingnya.
Kalyla terkejut, benar saja dia lupa memasang headset itu ke music player di ponselnya. Jadi sedari tadi dia mendengarkan apa? Benar-benar sakit jiwa.
Sementara itu, Chelsea membentangkan kedua tangan sambil menghirup udara pagi yang masih segar. Matanya terpejam dengan kaki yang berdiri di sisi teralis yang kokoh di atas rooftop. Menghembuskan napasnya kasar, seolah-olah dengan cara itu bisa menghilangkan rasa sesaknya barang sejenak. Setidaknya mulai hari ini ia akan berusaha melupakan kejadian-kejadian berat dalam hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Truth Or Dare [✓]
Teen Fiction"Dari sekian banyak cara Tuhan menghukum Semesta, kenapa yang paling berat adalah kehilangan?" ⚠️ The story contains harsh words and violence !!! Description : Cerita ini berawal dari permainan Semesta bersama teman-temannya, permainan truth or dare...