35. Memorable

3.2K 170 16
                                    

"Kebanyakan manusia yang pernah patah, hanya memflashback rasa sakitnya saja, dan mengesampingkan kenyataan bahwa mereka pernah bahagia. Mereka terlalu senang memelihara luka. Bersedih secukupnya, selebihnya berbahagia lah !!! So, let its flow, that's way a simple life for be happy."
•••••

Tidak di pungkiri perasaan perempuan itu saat ini benar-benar di landa gugup. Beberapa menit lagi akan di laksanakan akad, dan rasanya sungguh mendebarkan.

Dia kembali menatap pantulan dirinya di depan cermin, seseorang di sana seperti bukan dirinya. Dengan gaun pengantin berwarna putih tulang yang di hiasi berbagai macam aksen mutiara juga rambut yang di tata rapi sedemikian rupa dengan sebuah mahkota silver di atasnya.

Perfect !!!

Begitulah kira-kira yang akan di katakan orang-orang yang melihat penampilannya sekarang. Kepalanya menoleh kearah pintu yang baru saja terbuka. Sorot matanya menangkap Adhira dan Lisa yang memulai langkah mendekat padanya.

"Duhhh cantik banget pengantin." Celetuk Lisa saat sudah berada di samping kirinya.

"Bilang aja lo iri. Makanya kasih kode keras ke Farel biar dia peka."

"Dihhh, nanti ya gue nikahnya kalo gak sabtu minggu." Balas Lisa dengan sewot.

"Ck, bisa aja sih lo. Gue gugup nih." Keluhnya lagi sambil meraih jemari Lisa untuk di remasnya.

Dia membutuhkan sosok teman di saat seperti ini dan di kepalanya terlintas wajah Kalyla yang dulu menjadi sahabatnya. Namun sekarang sudah tiada dan Chelsea meringis dalam hati karena belum sempat mengunjungi peristirahatan sahabatnya itu. "Gue janji bakal jengukkin lo setelah ini, Ly." Ucapnya dalam hati dengan bola mata yang memanas menahan rindu pada seseorang yang sempat menjadi tempat berkeluh kesahnya dulu.

Percayalah !!! Rindu yang paling menyakitkan adalah rindu pada seseorang yang sudah tidak berada lagi di dunia ini.

Ah ini momen bahagianya, tidak pantas di isi dengan hal yang menyedihkan.

"Chelsea yang tenang ya, gak usah gugup. Tarik napas dalem-dalem habis itu keluarkan." Kali ini Adhira ikut andil menenangkannya sembari menepuk-nepuk pelan bahu kanan Chelsea saat melihat anak tirinya itu ingin meneteskan air mata.

Chelsea mengangguk lantas mengikuti intruksi Adhira, kemudian menarik sudut bibirnya untuk tersenyum.

"Gimana? Udah enakkan? Oh iya, sebelumnya Mama minta maaf untuk semua kesalahan Mama sama Papa kamu. Mama cuma mau berpesan nanti jadi lah istri yang patuh sama suami. Kalo ada masalah selesaikan berdua secara baik-baik, karena Mama yakin kamu punya impian memiliki keluarga yang utuh, jangan sampai apa yang terjadi pada kedua orang tua kamu dan juga Mama kejadian lagi di masa depan. Jangan sampai anak-anak kamu merasakan pahitnya keluarga seperti yang kamu rasakan. Jangan sampai sejarah lama terulang kembali. Kamu ngerti kan maksud Mama?"

Mata Chelsea kembali berkaca-kaca mendengar petuah dari Mama tirinya itu. Kemudian dia mulai mendongak, menghalau air matanya yang benar-benar ingin jatuh.

Rasanya sangat menyesakkan di dalam dada. Mendadak dia juga merindukan Mamanya. Momen-momen seperti ini dia sangat mengharapkan kehadiran sang Mama. Namun bukan berarti dia menafikan keberadaan Adhira, setidaknya dia sudah cukup bersyukur dengan kehadiran Mama tirinya itu.

Truth Or Dare [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang