"Bom waktu yang tidak sengaja kita ciptakan bisa saja menjadi boomerang terhadap penciptanya sendiri suatu saat nanti"
•••••"DIAM LO. SETELAH APA YANG UDAH LO LAKUIN, JANGAN HARAP GUE BISA BANTUIN LO LAGI."
DEGGG
Tubuh Kalyla menegang kaku seiring langkah Semesta yang mulai menjauh. Derap kaki cowok itu yang berpadu dengan lantai rooftop seperti palu godam yang menghantam kepalanya hingga membuatnya tersadar. Cowok itu satu-satunya teman yang bisa membantu dan melindunginya dan sekarang dia sudah mematahkan kepercayaan cowok itu terhadap dirinya.
"Arrrrggghhhhh, lo bodoh banget Kalyla. Bodoh banget." Kalyla merutuki dirinya sendiri dengan sudut mata yang masih berair.
Mengingat ucapan Semesta barusan, kilas balik tentang cowok brengsek beberapa waktu yang lalu kembali menyergap isi pikirannya.
Malam itu Kalyla kembali merasakan mual di perutnya. Dia bergegas memasuki toilet dan memuntahkan sesuatu disana. Kepalanya kembali terasa pening mengingat sesuatu yang berusaha untuk tumbuh di dalam perutnya.
"Gue harus gimana?" Tanya Kalyla lirih pada dirinya sendiri. Sekarang dia benar-benar bingung, dia tidak mungkin meminta pertanggung jawaban pada cowok itu.
Setelah mualnya mereda, Kalyla segera keluar dan mematung di muka pintu saat bola matanya menangkap seseorang yang sedang ia hindari berdiri tepat di depannya dengan senyum yang memuakkan di mata cewek itu.
"Ngapain lo di rumah gue? Sana pergi!" Usir Kalyla. Dia tidak habis pikir bagaimana orang ini bisa masuk ke dalam rumahnya bahkan ke kamarnya.
"Santai dong. Gue kesini karena lagi butuh lo." Jawab cowok itu benar-benar santai.
"Gue gak mau." Sahut Kalyla mulai panik.
Cowok itu mengikis jarak diantara mereka, membuat kepanikan Kalyla bertambah berkali-kali lipat.
"Gue kangen banget sama lo." Ucapnya sambil mencoba mengelus wajah Kalyla yang memucat. "Lo sakit?" Tanyanya saat melihat raut wajah Kalyla yang sayu.
"ARGA, GUE MOHON LO PERGI DARI RUMAH GUE." Kalyla berteriak sembari tangannya menepis kasar tangan lelaki tersebut.
Mendengar Kalyla yang berteriak di depan wajahnya, membuat cowok itu mulai di kuasai amarah. Dengan kasar dia menarik Kalyla untuk segera ikut bersamanya. Dia mendorong Kalyla agar segera masuk ke dalam mobil dan membawa gadis itu menjauh dari rumahnya.
Kalyla sempat berontak beberapa kali namun hal itu percuma hanya membuat dirinya kelelahan dan membuat perutnya bertambah mual.
"Stop, gue pengen muntah!" Ujar Kalyla berusaha membekap mulutnya. Cowok yang di panggil Arga itu menuruti permintaan Kalyla dan menghentikan mobilnya di pinggir jalan yang cukup sepi. Kalyla bergegas turun dari mobil di ikuti oleh Arga sebelum Kalyla berkata,"Lo tunggu di dalem aja. Gue janji gak bakalan kabur."
Arga menuruti ucapan Kalyla untuk tidak ikut turun. Dari dalam mobil dia mengawasi Kalyla yang mulai muntah-muntah. Beberapa saat dia menangkap sesuatu yang mencurigakan. Kalyla sedang menelpon seseorang. Bahkan gadis itu sudah bercakap-cakap dengan seseorang yang dia telpon.
"Sial." Umpat Arga dan segera turun dari mobil untuk menghampiri gadis itu.
"Semesta, tolongin gue...hiks. G...gue lagi di pinggir jalan deket kafe lo. Cepetannnnn!" Suara Kalyla bergetar di iringi isak tangis yang pelan hingga seseorang dari belakang merampas ponsel miliknya dan mengakhiri panggilan telepon tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Truth Or Dare [✓]
Teen Fiction"Dari sekian banyak cara Tuhan menghukum Semesta, kenapa yang paling berat adalah kehilangan?" ⚠️ The story contains harsh words and violence !!! Description : Cerita ini berawal dari permainan Semesta bersama teman-temannya, permainan truth or dare...