16. Incident

6.6K 245 9
                                    

"Dunia serasa hancur saat kita gagal menjaga diri kita sendiri"
•••••

Perempuan itu melangkah cepat menerobos orang-orang yang masih asik berdansa menuju salah satu meja. Satu objek yang duduk di sana kini menjadi tujuannya.

"Ternyata lo disini juga?" Sarkas lelaki itu sinis. Baginya perempuan yang kini duduk di dekatnya tidak lagi terlihat mengagumkan.

"Kenapa? Gue di undang kok." Kalyla menjawab santai.

"Ly, gue udah kasih peringatan ya sama lo. Jangan ganggu atau bahkan ngerebut pacar orang! Tapi yang gue liat kemarin apa?" Wildan masih geram dengan perempuan di hadapannya ini akibat kejadian kemarin.

"Siapa yang gue rebut?" Kalyla bertanya santai sambil terkekeh.

"Semesta. Lo rebut dia dari Chelsea, dari sahabat lo sendiri. Ternyata selama ini gue udah salah nilai lo. Lo itu busuk." Wildan menatap Kalyla tidak suka.

"Wildan, dengerin gue ya! Pertama, gue gak ngerebut Semesta. Kedua, gue gak peduli sama penilaian orang lain termasuk penilaian lo."

"Ly, jangan karena cinta lo jadi egois ngancurin persahabatan kalian." Wildan tak habis pikir dengan gadis di hadapannya ini. Kalyla benar-benar berubah, lebih tepatnya dia mulai mengeluarkan sifat aslinya. Dan Wildan tidak pernah menyangka sama sekali.

"Ckkk, dengerin gue ya, Wil. Gue gak pernah benar-benar nganggap Chelsea itu sahabat. Dari dulu dia selalu ngerebut apa yang gue pengen. Dia cantik, pintar, kaya, dan gue benci kenyataan itu. Lo pernah dengar pepatah gak sih, kalo lo gak bisa ngalahin musuh lo maka lo harus jadi pasukannya. Dan itu yang gue lakuin selama ini." Kalyla tersenyum sinis.

"Setan lo, Ly. Dia itu gak ngerebut apapun dari lo. Dia cuma selangkah lebih unggul dan harusnya lo berusaha perbaiki hidup lo biar setara kayak dia. Iri boleh tapi jangan dengki, cukup jadiin itu motivasi biar lo bisa jadi kayak dia. Kalo mau bersaing, bersaing aja secara sehat jangan ngerusak. Gue nyesel pernah suka sama lo." Wildan mengembuskan napas kasar dan mengepalkan tangannya dengan kuat. Seandainya Kalyla ini cowok, sudah habis di buatnya babak belur.

"Terserah, lo gak perlu ikut campur urusan gue. And for your information, malam itu gue tau Semesta sama Chelsea bakalan dinner. Makanya gue ganggu mereka dan gue nyuruh Semesta buat nyamperin gue. Dan lo bisa liat siapa yang di utamain oleh sahabat lo itu."

"Sialan, gue gak bakal tinggal diem kalo lo berani macem-macem lagi." Wildan berusaha mengancam sebelum dia menjauh dari gadis yang begitu memuakkan ini.

Kalyla masih diam di tempat dengan tawanya. Malam ini dia begitu menikmati pesta yang di adakan oleh Zarina. Tidak sia-sia dia datang kesini. Tadi dia sempat melihat Semesta keluar bersama Chelsea dengan langkah terburu-buru. Tapi dia tidak peduli hal itu sekarang dia hanya ingin tertawa bebas malam ini.

"Huekkk huekkk." Kalyla menghentikan tawanya saat kembali merasakan mual dan pusing. "Sial, kenapa lagi perut gue?"

Gadis itu segera mencari toilet dan memuntahkan sesuatu disana. Wajahnya mulai berubah pucat. Kalyla mengeratkan pegangannya pada pinggiran wastafel. Kalyla marah pada dirinya sendiri. Dia terlalu lemah dan payah sekarang.

•••••

Sementara di suatu tempat, tepatnya di sebuah hotel yang ada di Jakarta. Cowok bernama Semesta itu ambruk di samping Chelsea yang mulai terlelap. Keringat membanjiri tubuh keduanya yang tanpa sehelai benang. Tangan Semesta menarik selimut untuk menutupi tubuh keduanya sebatas dada.

Truth Or Dare [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang