22. Tenggelam Dalam Ilusi

5.3K 272 13
                                    

"Seandainya hati bisa kuat sedikit lagi, mungkin endingnya tidak akan seperti ini. Tidak ada yang merasa kehilangan, pun tidak ada yang di kecewakan sebegitu dalam"
•••••

Ketiga orang yang berbeda usia itu tampak gelisah. Yang satu, mondar-mandir tidak jelas di depan ruangan yang terasa mencekam. Yang satunya lagi duduk di kursi tunggu, tangannya mengusap-usap bahu gadis muda yang masih terisak sambil menautkan kedua tangannya yang bergetar.

Kejadian tadi pagi masih melekat kuat dalam benaknya. Kejadian yang benar-benar tidak pernah ia perhitungkan sebelumnya. Semuanya terasa begitu cepat dan tiba-tiba.

Beberapa saat yang lalu, ketika ia berhasil masuk ke dalam kamar mandi, matanya melihat dengan nyata darah segar itu menetes di lantai kamar mandi kemudian di sapu oleh air yang tumpah dari dalam bathub dengan kran yang sengaja di biarkan terbuka sampai air bercampur darah itu meluber kemana-mana.

Wajah yang biasa manis tampak pucat pasi seperti tak di aliri darah dengan luka sayat di lengan kirinya yang terkulai di pinggiran bathub bahkan sudah melimpai hampir mengenai lantai yang dingin itu.

Lisa langsung histeris, tubuhnya tambah tremor dengan raut wajah ketakutan saat melihat Chelsea kaku dalam rendaman air di dalam bathub.

"CHELSEA, BANGUN !!!" Lisa berteriak sembari mengguncang kuat badan Chelsea agar gadis itu terbangun. Masih dengan tangisan histeris dia memanggil Papa serta Mamanya agar segera menyelamatkan Chelsea yang napasnya mulai putus-putus.

"PAAA !!! MAMAA !!"

Lamunannya buyar saat seorang pria paruh baya keluar dari ruangan IGD dengan pakaian khas seorang dokter.

Papa segera mendekat begitu pula Lisa dan Mamanya yang langsung berdiri dari duduk.

"Bagaimana keadaan anak saya, Dokter?" Tanya Ferdy panik. Kentara sekali di wajah itu gurat kekhawatiran.

"Pasien sudah melewati masa kritisnya dan akan segera di pindah ke ruang rawat inap." Jawab Sang Dokter dengan raut muka yang sulit di baca.

Ferdy sempat menghela napas lega sebelum Dokter kembali buka suara, "Anda orang tuanya? Bisa ikut ke ruangan saya sebentar? Ada yang harus saya bicarakan."

Ferdy mengangguk dan setelahnya langsung mengikuti langkah Dokter itu menuju ruangannya. Sementara Lisa dan Mamanya tetap di depan IGD sambil menunggu perawat memindahkan Chelsea ke ruangan.

"Jadi begini, Pak. Anak Bapak sedang mengalami depresi berat sehingga dia melakukan aksi bunuh diri." Dokter memberi jeda pada Ferdy dan dapat di lihatnya orang tua dari pasien yang baru saja ia tangani itu sangat terkejut.

"Untung saja dia segera di bawa ke Rumah Sakit. Dia kehilangan banyak darah akibat luka sayat yang cukup dalam namun tidak sampai mengenai urat nadi. Dan untungnya Rumah Sakit mempunyai stok darah yang cukup untuk golongan darah anak Bapak sehingga kami dengan cepat menanganinya."

Lagi-lagi Ferdy mengembuskan napas sedikit lega, setidaknya Dokter tidak memberinya informasi yang menakutkan atau apapun itu yang membuatnya bertambah khawatir bahkan shock.

"Oh iya, satu lagi, Pak. Janin yang ada di kandungannya juga baik-baik saja." Dokter menjelaskan dengan santai, tapi tidak dengan Ferdy. Ini yang paling mengejutkan dari beberapa informasi yang di beberkan sebelumnya. Seandainya dia memiliki riwayat penyakit jantung bisa di pastikan sekarang dia sudah pingsan di tempat saking terkejutnya.

Truth Or Dare [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang