"Tak ada satupun di dunia ini yang bisa di percaya kecuali Tuhan dan diri sendiri, termasuk teman yang telah bersamamu selama bertahun-tahun"
•••••Sudah hampir setengah jam Lisa gelisah mondar-mandir di depan kamar Chelsea. Dari raut wajahnya ia terlihat cemas pasalnya sejak tadi pagi hingga kini menjelang malam saudara tirinya itu sama sekali tidak keluar kamar. Melewatkan makan siang dan sekarang sudah waktunya untuk makan malam. Mama dan Papanya sudah menyerah sejak tadi untuk membujuk gadis itu agar keluar. Tidak di pungkiri pasangan suami istri itu memang khawatir karena Chelsea tidak pulang kemarin malam.
"Chels, buka pintunya! Kita makan malam."
"Chels, lo kenapa? Papa sama Mama khawatir."
Lisa tak kunjung mendapat jawaban dari Chelsea dan ia mulai jengah. Dengan sedikit berlari gadis itu menjauh dari kamar Chelsea kemudian kembali dengan membawa sesuatu di tangannya. Dengan terburu-buru Lisa membuka pintu berwarna putih itu dengan kunci cadangan yang ia dapat dari sang Papa.
Ceklekkk
Begitu pintu terbuka, Lisa membelalak dan nyaris memekik histeris melihat kondisi Chelsea yang sangat memprihatinkan. Gadis itu terduduk lesu di lantai sambil memeluk lututnya dengan badan bersender di pinggiran ranjang.
"Chels, lo kenapa?" Tangannya bergerak menyibak rambut Chelsea yang berantakkan guna melihat wajah gadis itu. Chelsea tak bergeming, otaknya tidak mau merespon. Dia tidak tahu apa yang harus di lakukan sekarang selain meratap. Rasa lapar dan hausnya sejak semalam tiba-tiba raib tergantikan rasa sakit.
"Chels....." Lagi-lagi Lisa memanggilnya sambil menggoyang bahu ringkih itu. Mata bening yang sembab dan bengkak itu akhirnya melotot tajam kearahnya sepertinya dia benar-benar tidak ingin di ganggu.
"Keluar!" Desis gadis itu tajam. Lisa meringis mendengar nada sinis dari Chelsea.
"Iya, gue keluar tapi lo juga harus keluar buat makan malam. Seharian lo ngurung diri di kamar. Lo ada masalah apa sampe sekacau ini?" Cerocos Lisa yang penasaran melihat penampilan Chelsea yang jauh dari kata baik-baik saja.
"Gue bilang keluar." Chelsea kembali berkata sinis dengan pandangan mata yang kosong. Mata itu terlihat menyimpan begitu banyak luka dan kesedihan.
"Chels, kalo lo punya masalah lo bisa sharing ke gue. Gak biasanya lo kayak gini. Biasanya kalo hari minggu lo pasti keluar bareng Semesta tapi hari ini lo....."
"KELUARRRRR. GUE BILANG KELUAR! KELUAR! GUE GAK MAU DI GANGGU. KELUARRRRR!" Chelsea mengamuk melempar bantal, guling, dan apapun yang ada di dekatnya saat ia mendengar nama Semesta di sebut. Mendengar nama itu seakan membuka kembali lukanya yang masih basah. Luka itu baru kemaren di gores sekarang mendengar Lisa menyebut nama cowok itu rasanya seperti luka yang di tumpahi garam terasa pedih.
Hatinya serasa di iris-iris dengan putaran ingatan tadi malam. Cowok yang di cintainya sekarang malah ikut merenggut kebahagiaan dirinya. Chelsea sekarang berpikir, "Apa mereka pernah ngerasain gimana rasanya sendirian? Rasa kecewa sama Papa membuat gue ngerasa hidup sebatang kara. Sekarang cowok itu ikut menabur luka dalam hati gue. Kemana lagi gue harus bersandar? Sekarang gak ada orang yang mau gue jadiin tempat buat pulang. Mereka pasti gak pernah ngerasain itu kan?"
Lisa bingung dan sedikit takut melihat Chelsea yang sudah diam kemudian kembali mengamuk bahkan sekarang ia menghamburkan alat make up di meja riasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Truth Or Dare [✓]
Teen Fiction"Dari sekian banyak cara Tuhan menghukum Semesta, kenapa yang paling berat adalah kehilangan?" ⚠️ The story contains harsh words and violence !!! Description : Cerita ini berawal dari permainan Semesta bersama teman-temannya, permainan truth or dare...