27. Hati yang Tak Siap Merindu

5.1K 244 9
                                    

"Aku suka fajar, tapi lebih memilih senja. Aku suka pagi, tapi lebih memilih tengah malam. Aku suka pelangi, tapi lebih memilih hujan. Aku suka bahagia, tapi sampai saat ini belum pernah ku dapatkan."

•••••

"Mana yang sakit, Ly?" Tanya cowok itu dengan nada cemas saat dia sudah memapah tubuh Kalyla di pangkuannya.

Kalyla hanya menangis sambil meringis saat punggungnya tak sengaja di sentuh oleh Wildan. Beberapa menit dia terdiam, akhirnya menjawab dengan keluhan, "Badan gue, Wil. Badan gue sakit banget."

Tanpa basa-basi lagi, Wildan langsung mengangkat tubuh Kalyla ala bridal style kemudian segera keluar dari gudang sekolah meninggalkan sahabatnya di dalam sana yang masih tersungkur.

Wildan menggendongnya dengan cekatan melewati koridor sekolah meskipun gadis itu lumayan berat. "Gue anter ke Rumah Sakit, ya!" Ucapnya di sela-sela keterdiaman mereka.

Kalyla masih mengalungkan tangannya di leher cowok itu serta menatap lekat wajah tampan Wildan dari jarak yang sangat dekat. Kemudian menggeleng, "Anterin gue ke UKS aja!" Pintanya.

"Tapi....."

"Gak. Gue gak papa." Potong Kalyla cepat, tak ingin membuat cowok baik hati itu khawatir. Membuat Wildan mengangguk pasrah kemudian menurutinya melangkah menuju ruang UKS.

Terdapat dua goresan merah bekas cambukkan di punggung Kalyla saat petugas UKS membantunya mengoleskan salep. Sesekali dia meringis merasakan perih saat obat oles itu menyentuh kulitnya yang memar.

Setelah beberapa menit, petugas UKS selesai mengobati Kalyla dan meninggalkannya yang masih duduk di atas ranjang. Sementara Wildan belum kembali, setelah mengantarnya ke ruangan ini tadi, cowok itu pamit dan buru-buru pergi.

Kalyla masih terdiam, merenungi hal yang menimpanya pagi ini. Setelah ini, mungkin dia akan di panggil ke ruang BK saat video tak beradabnya itu sampai di lihat oleh para dewan guru di sekolah ini.

Lagi-lagi dia menyumpahi cowok yang tadi menyiksanya itu. Bisa-bisanya dia tak sadar waktu itu saat cowok itu mengambil video mereka yang berduaan di kamar apartemen. Kalyla benar-benar merutuki kebodohannya kala itu.

Tak lama kemudian, Wildan kembali dengan raut wajah khawatir langsung menghampirinya. "Gimana? Udah di obatin?"

Kalyla mengangguk sambil tersenyum kecut. Bisa-bisanya cowok ini masih memperhatikan dan mengkhawatirkannya.

"Pasti sakit banget kan?" Tanyanya lagi. Dia hampir bergidik saat membayangkan goresan luka di punggung gadis itu.

"Perih aja, Wil." Jawab Kalyla di sertai senyum karena tak ingin cowok di hapadannya ini lebih khawatir lagi.

Wildan mengangguk dan mengusap bahu Kalyla pelan sebelum kembali berucap, "Gue udah laporin kelakuan Bima ke pihak sekolah."

Kalyla menganga tidak percaya, kali ini dia benar-benar yakin bahwa dia akan segera di panggil guru BK. Wildan sudah berbuat terlalu jauh untuknya, dia tidak tahu harus memberi respon seperti apa setelah mendengar ucapan Wildan.

"Wil, dia temen lo." Ujar Kalyla mengingatkan kalau-kalau cowok itu lupa. Padahal dia hanya tidak ingin masalah ini berbuntut panjang.

Truth Or Dare [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang